BANTUL – Kampung Sorowajan, Banguntapan, Bantul dikenal sebagai pembuat jamu tradisional. Penduduk kampung ini mahir meracik jamu.
Antara lain Yuni dan Maria. Yuni dengan label Jamu Bu Kawit. Sedangkan Maria pemilik Jamu Bu Marinten.
Industri jamu tradisional di Sorowajan ini menarik perhatian Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY).
Perguruan tinggi yang dikenal dekat dengan masyarakat ini mengirim Kelompok 119 KKN ke Sorowajan.
“Kami ingin mengoptimalisasi pemberdayaan UMKM penjual jamu agar tetap bisa menjaga stabilitas perekonomian pada masa pandemi COVID-19,” kata Ketua Kelompok 119, Yulianingsih.
BACA JUGA: Forum 2045 Gagas Kurikulum Sosial Kebiasaan Baru
Pasalnya, selama masa pandemi, omzet penjualan jamu menurun. Para penjual jamu mengungkapkan terdampak wabah virus corona.
Pendapatan turun akibat berkurangnya pembeli. Kendala lain, para pedagang jamu kesulitan memasarkan produk secara online.
Kemasan masih menggunakan model lama. Produk juga belum diberi branding.
Didampingi Dosen Pembimbing Lapangan, Ratri Pratiwi SPSi MA, mahasiswa membantu peningkatan penjualan jamu.
Cara yang dilakukan memberi edukasi melalui youtube. Mengefektifkan whatsapp sebagai ajang berbagi komunikasi.
Mahasiswa yang KKN tanggal 23 Juli hingga 27 Agustus mendatang ini juga mendampingi masyarakat membuat branding produk jamu.
Lalu menyampaikan strategi pemasaran jamu melalui online agar omzet penjualan meningkat.
BACA JUGA: Bagaimana Tips Gunakan Skincare saat Pandemi? Ini Penjelasannya
Termasuk berbagi informasi tentang kegunaan dan manfaat jamu herbal. Informasi yang disampaikan kepada masyarakat bersumber dari Kementrian Kesehatan.
Salah satu cara agar omzet penjualan meningkat adalah promosi di sosial media.
Itulah sebabnya, mahasiswa berbagi tugas mengedukasi masyarakat memanfaatkan berbagai platform media online untuk pemasaran.
“Satu lagi yang tak boleh diabaikan, bagaimana pegiat UMKM tetap menjaga kesehatan mental dan fisik selama masa pandemi,” saran Yulianingsih. (adv/asa)