Tutup
Kronika

Mural Itu Ekspresi, Doktor UGM Ini Minta Pemerintah Tidak Alergi Kritik

146
×

Mural Itu Ekspresi, Doktor UGM Ini Minta Pemerintah Tidak Alergi Kritik

Sebarkan artikel ini
ESTETIKA: Menikmati kuliner depan mural di kampung Panembahan. (alam/zonajogja.com)

SLEMAN – Mural merupakan seni jalanan yang diekspresikan melalui visual. Seni jalanan berisi kritik sosial dan politik tidak hanya terjadi di Indonesia. Ditemui di banyak negara.

Namun, ia tidak sepakat apabila penghapusan mural dengan menggunakan isu vandalisme atau dianggap mengganggu keindahan kota.

Advertisiment
Scroll ke bawah untuk berita selengkapnya

Kata Budi, mural bagian dari seni jalanan sangat dekat dengan kritik sosial dan politik. Mural berkaitan dengan kondisi sosial dan politik di masyarakat.

Seni bukan lagi sebatas ekspresi individual. Tetapi, ekspresi kolektif dan komunitas.

“Tidak semua mural bermuatan politik,” Ketua Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Sekolah Pascasarjana (SPs) UGM, Dr Budi Irawanto seperti dilansir ugm.ac.id.

Mural lebih banyak mengekspresikan keindahan visual menggunakan medium di jalan, dinding, dan bangunan arsitektur.

BACA JUGA: Kata Gandung Pardiman, Soeharto Berjasa Bebaskan NKRI dari Komunis

Budi Irawanto justru mengajak seniman membuat mural yang membangun keindahan kota, meski  mural berisi konten kritik sosial dan politik kepada pemerintah.

“Itu bagian dari ekspresi,” ujar Budi.

Budi berharap  pemerintah atau aparat tidak alergi terhadap kritik sosial lewat mural.

Mural adalah seni yang berupaya melakukan penyadaran karena memiliki muatan pengetahuan.

Namun, Budi mendukung penghapusan mural jika pesan gambar yang disampaikan bersifat provokatif dan menimbulkan kebencian. (*/asa)