YOGYAKARTA – CV C-Maxi Alloy Cast, satu-satunya industri kecil dan menengah (IKM) di Indonesia yang menerapkan SNI ISO 45001:2018 dan SNI ISO/PAS 45005:2020.
SNI ISO 45001:2018 adalah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Sedangkan ISO/PAS 45005: 2020 adalah Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Penerapan ISO 45001:2018 dan ISO/PAS 45005:2020 di CV C-Maxi Alloy Cast merupakan sinergi Badan Standar Nasional Indonesia dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
“Kami berterimakasih kepada UNY dan BSN yang telah membantu serta mendampingi kami menerapkan SNI ISO 45001:2018 dan SNI ISO/PAS 45005:2020,” kata Direktur CV C-Maxi Alloy Cast, Bambang Cahyana kepada ZonaJogja.Com, hari ini (18/10/2021).
Acara penandatanganan komitmen penerapan menerapkan SNI ISO 45001:2018 dan SNI ISO/PAS 45005:2020 dilaksanakan di kantor CV C-Maxi Alloy Cast, 15 Oktober 2021.
BACA JUGA: PHRI DIY Minta Wisata Pantai di Gunungkidul Segera Dibuka
Acara ini dihadiri Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama FT UNY, Prof Dr Edy Supriyadi MPd; Prof Dr Ir Dwi Rahdiyanta MPd (Guru Vesar Pendidikan Teknik Mesin UNY); Dosen Pembimbing Tim UNY, Dr Ir Mujiyono IPM MT; Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Mesin UNY, Dr Syukri Fathudin Achmad Widodo SAg MPd.
Juga hadir Koordinator Substansi Fasilitasi Pelaku Usaha BSN, Nur Hidayati, Masjuli SKM MK3 (Pembina K3), Endang Siwi Ediningsih ST MM (Hiperkes Yogyakarta) dan Sahat Silalahi SE MM (Hiperkes DKI Jakarta).
CV C-Maxi Alloy Cast merupakan industri kecil dan menangah yang berlokasi di Kemantren Umbulharjo, Yogyakarta.
Perusahaan lokal ini bergerak dalam usaha pengecoran logam aluminium. Memproduksi antara lain, kerangka sepeda, lampu penerangan, dan panci. Melibatkan 200 pegawai.
Negara Harus Hadir
Sekadar diketahui, program penerapan menerapkan SNI ISO 45001:2018 dan SNI ISO/PAS 45005:2020 di CV C-Maxi Alloy Cast telah disiapkan sejak 3 Agustus 2021.
Persiapan didampingi Pakar SMK3 sekaligus anggota Komite Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Masjuli.
Pendampingan penerapan SNI bekerjasama dengan Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
BACA JUGA: Herry Zudianto Tanya tentang Malioboro, Jawaban Netizen Seperti Ini
Koordinator Substansi Fasilitasi Pelaku Usaha BSN, Nur Hidayati berharap kolaborasi pemerintah, akademisi dan pelaku usaha dapat mewujudkan budaya K3 di lingkungan kerja.
“Tentu, budaya K3 dapat meningkatkan daya saing produk IKM,” kata Nur Hidayati.
Bambang Cahyana lantas menyebutkan istilah triple helix. Triple helix adalah kerja sama antara pemerintah, dunia usaha dan penelitian.
“Seperti yang pernah disampaikan Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro, triple helix menjadi kunci sukses budaya inovasi,” ujarnya.
Sedangkan inovasi yang dikembangkan merujuk interaksi antara akademisi, industi dan pemerintah.
Tugas akademisi adalah berpikir dan melakukan penelitian. Industri kecil dan menengah bertugas mengeksekusi. Sedangkan tugasnegara menggawangi dengan regulasi. (aza/asa)