YOGYAKARTA, ZonaJogja.Com – Warga Kemantren Danurejan mengembangkan pengelolaan sampah menggunakan metode eco enzyme.
Eco enzyme adalah cairan alami hasil fermentasi sisa buah, sayur, air dan gula. Tentu saja, sisa buah dan sayur yang masih segar, tidak busuk dan tidak ada binatang.
“Proses fermentasi dilakukan selama tiga bulan,” kata Relawan Sri Martini di Rumah Eco Enzyme Kampung Gemblakan Atas.
Sedangkan sampah organik yang tidak lolos diolah melalui cara Lodong Sisa Dapur (Losida).
Losida adalah model pengolahan sampah menggunakan pipa yang ditanam dalam tanah, memanfaatkan sampah organik.
Kata Sri, hasil pengolahan sampah eco enzyme dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Juga bisa menjernihkan kolam.
BACA JUGA:
- Gelar Pelayanan Keluarga Berencana, Salah Satu Targetnya Diikuti 216 Akseptor Pengguna Kondom
- Ini Dia Pengusaha Tempe dari Warungboto, Sehari Habis 150 Kilogram Kedelai
- Sultan HB X: DIY Tidak Perlu Perusahaan Besar yang Rusak Lingkungan
Bahkan, bisa sebagai bahan pembuatan sabun mandi, sabun cuci piring, deterjen, hingga hand sanitizer.
“Produk turunan dari eco enzyme inilah yang boleh diperjual belikan dan dikembangkan,” ujarnya.
Sejak berdiri tahun 2021, Rumah Eco Enzyme Kampung Gemblakan Atas menghasilkan cairan eco enzyme sekitar 15-30 liter per bulan.
Hanya produk turunan cairan eco enzyme belum bisa diproduksi secara maksimal. Pasalnya cairan murni sudah habis dimanfaatkan penduduk.
Cairan murni ini dapat digunakan sebagai pupuk organik tanaman, membersihkan kompor dan areal dapur, hingga membersihkan kloset dan kamar mandi.
“Kami berkomitmen tidak menjual cairan murni. Hanya digunakan untuk kepentingan sosial. Dibagikan bagi warga kampung yang membutuhkan,” ujarnya.
(aza/asa)