SLEMAN, ZonaJogja.Com – Bagaimana identifikasi hewan terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK)?
Pertanyaan itu menjadi topik pada Bincang Desa yang diselenggarakan Fakultas Pertanian UGM (2/7/2022).
Dosen Fakultas Peternakan UGM, Ir Edi Suryanto MSc PhD IPU mengatakan, rute infeksi dapat terjadi dengan kontak langsung dan tidak langsung dengan hewan terinfeksi.
Termasuk faktor produk ternak tercemar atau virus di udara. Semua spesies ternak dapat terinfeksi lewat kulit dan mukosa.
Sedangkan gejalanya adalah demam hingga 41 derajat celsius, luka pada mulut, lidah, lubang hidung, putting, sekitar kuku, hingga kuku bisa lepas, air liur yang berlebih.
Lebih sering berbaring, nafsu makan berkurang, bobot tubuh turun, dan produksi susu turun drastis.
“Upaya preventif yang dilakukan adalah melakukan vaksinasi,” kata Edi seperti dilansir ugm.ac.id.
Juga bisa dilakukan biosecurity. Yakni, implementasi untuk mengurangi penyebaran virus PMK.
BACA JUGA:
- Pakai Syal Ini jadi Makin Cantik, Caranya Membuat Seperti Ini
- Juara Kejurda Bola Voli Pasir DIY Diborong Ganevo
- Dua Pemuda Menginspirasi, yang Satu Promo Keripik Getuk, yang Satunya Promosi Kota Yogyakarta
Edi mengatakan, tindakan yang perlu diperhatikan dalam biosecurity meliputi physical segregation, cleaning, dan disinfection.
Daging hewan terjangkit PMK yang akan dimasak harus bersuhu di atas 100 derajat celsius.
“Daging sapi terjangkit PMK aman untuk dikonsumsi asal dengan pendekatan teknis dan prosedur tertentu. Yang tidak boleh dikonsumsi adalah organ-organ sapi yang terkena PMK. Seperti kaki, jeroan, mulut, dan lidah,” terangnya.
Daging tidak perlu dicuci. Langsung dimasak minimal 30 menit. Karena pencucian dapat menyebarkan virus melalui aliran air.
Daging harus direbus, baru disimpan di freezer. Pelayuan daging selama 24 jam dalam refrigerator sebelum penyimpanan daging segar, pH daging akan turun sampai di bawah 5,9.
(aza/asa)