YOGYAKARTA, ZonaJogja.Com – Sivitas akademika perguruan tinggi perlu mengembangkan pikiran positif menghadapi keharusan akreditasi.
“Harus dipahami, akreditasi merupakan kesadaran mendorong universitas mencapai kualifikasi kualitas unggul. Bukan semata-mata kepatuhan terhadap aturan akreditasi,” kata Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Prof Dr Edy Suandi Hamid MEc, hari ini (5/7/2022).
Statemen tersebut disampaikan Edy Suandi pada acara rapat kerja Fakultas Ilmu Sosial Politik UWM di Hotel Pandanaran, Yogyakarta.
Ketika akreditasi dipandang sebagai kesadaran, sivitas akademika tetap menerapkan standar atau indikator pelayanan pendidikan perguruan tinggi.
Sementara saat sivitas akademika menjadikan akreditasi sebatas ketaatan untuk memenuhi syarat penjaminan mutu, kedisiplinan tentang mutu universitas dipenuhi dan dijaga.
Edy Suandi mengapresiasi Dekan Fakultas Ilmu Sosial Politik Dr As Martadani Noor yang mengingatkan dosen dan tenaga kependidikan konsisten menjaga syarat penjaminan mutu fakultas.
Pada acara ini, As Martadani Noor menyatakan Fisipol telah melaksanakan akreditasi, meski persiapan dan pelaksanaan akreditasi memang belum maksimal.
BACA JUGA:
- 40.594 Peserta Ikuti Tes CBT-UM UGM, 11 Diantaranya Penyandang Disabilitas
- IPMA Papua Minta Polisi Pulihkan Seturan dari Premanisme
- Grojogan Tanjung Winongo, Wisata Keluarga di Kampung Patangpuluhan
Martadani menegaskan konsisten menjaga dan melaksanakan indikator penjaminan mutu memudahkan perguruan tinggi menuju kualifikasi unggul.
Sementara rapat kerja diikuti dekan, dosen, dan tenaga kependidikan.
Setelah rapat program studi dilanjutkan rapat dekanat yang diikuti dekan dan wakil dekat serta ketua program studi.
Rapat untuk menetapkan program studi dan anggaran tahun 2022-2023. Saat bersamaan, Fisipol UWM memberi penghargaan kepada mahasiswa berprestasi.
Yakni, Martina Levu Monay (peraih medali emas Kejuaraan Daerah Taekwondo DIY 2022), Ari Sona (runner up Duta UMKM Jawa Timur 2022), dan Puguh Priyo Cahyono (juara 2 Best Campaigner “Youth Digital Campaigner For Climate Crisis oleh Aspikom dan Yayasan Econusa di Lombok).
(nik/asa)