YOGYAKARTA, ZonaJogja.Com – Kampung Keparakan. Inilah kampung di pinggir Sungai Code di Kota Yogyakarta yang dikenal sebagai sentra kerajinan kulit.
Lokasinya berada di wilayah Kemantren Mergangsan. Penduduk di kampung ini memproduksi sepatu, sandal, tas dan jaket dari kulit sintesis.
Salah satunya Agus Supriyadi. Pria yang akrab disapa Kelik ini warga Keparakan Kidul.
Kelik memproduksi sandal kulit sejak tahun 2000. Awalnya, Kelik menggunakan kulit nabati.
Kini, menggunakan kulit sintetis sebagai bahan dasar pembuatan produknya. Kelik memilih memproduksi sandal perempuan.
Boleh dikatakan, 95 persen sandal yang diproduksi adalah model perempuan. Kok bisa?
Ternyata, ada dasarnya. Kelik pernah melakukan riset . Kesimpulannya, kaum perempuan sering belanja.
“Meskipun masih memiliki sandal yang bagus, kecenderungan membeli model baru,” ujar Kelik, warga RT 55 RW 13 Keparakan Kidul.
BACA JUGA:
- Pengurus AMSI DKI Jakarta Dilantik, Anies Baswedan Sampaikan Pentingnya Objektivitas
- Ini Dia, Relawan yang Sedang Senang-Senangnya Momong Buah Hati
- Soal Pakai Jilbab, Wakil Ketua DPRD DIY Sebut Bukan Ranah Intoleransi, tapi Proses Pendidikan
Dulu, para perajin menjual barang dagangan di Malioboro. Juga tempat wisata. Dagangannya laku keras.
Namun, saat Gunung Merapi meletus tahun 2010, disusul pandemi C-19 pada tahun 2020, membuat banyak perajin kulit gulung tikar.
Tapi, ada yang tetap bertahan. Salah satunya Kelik.
“Alhamdulillah masih bisa bertahan. Kami menjual sandal dengan sistem grosir lewat sosial media,” jelasnya.
Dibantu 6 pekerja, Kelik bisa memproduksi 200 pasang sandal per hari. Harga sandal Rp 11.000 sampai Rp 25.000.
Kelik mengungkapkan, marketing dan penjualan masih menjadi persoalan klasik.
(chi/aza)