YOGYAKARTA, ZonaJogja.Com – Dua agenda penting sedang direalisasikan Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY.
Pertama, mengoptimalkan konsep pentahelix dalam pembangunan sektor pariwisata di DIY.
Kedua, membentuk Yogyakarta Crisis Centre penanganan pariwisata saat terjadi bencana alam.
“Dua hal itu perlu dan penting. Sangat dibutuhkan bila pariwisata di DIY semakin maju dan mapan di masa mendatang,” kata Ketua DPD GIPI DIY, Bobby Ardyanto Setyo Ajie saat bincang-bincang dengan ZonaJogja.Com di Jogja Villas Boutique Hotel, hari ini (25/1/2023).
BACA JUGA: Kesbangpol Kota Yogyakarta Umumkan Hasil Seleksi Tenaga Ahli Medsos, 3 Pelamar Lulus Adminsitrasi
Soal pentahelix, Bobby mengatakan pentahelix merupakan kolaborasi stakeholder pariwisata.
Yakni akademisi, pelaku usaha, pelaku usaha, komunitas, pemerintah, dan media.
“Perannya juga berbeda-beda,” ujarnya.
Akademisi berperan sebagai konseptor penelitian, mengidentifikasi potensi dan mengkaji peluang pengembangan.
Pelaku usaha berperan menyuguhkan infrastruktur teknologi, modal, dan jejaring usaha bagi pelaku bisnis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Komunitas sebagai akselerator penghubung yang membantu masyarakat menggarap bisnis pariwisata.
Sementara pemerintah bertindak sebagai regulator sekaligus kontrol pelaksanaan program.
BACA JUGA: Fokus Kelola ZIS, YAKKIN Bantu Masyarakat Penghasilan Rendah
“Fungsi itu dilakukan pemerintah mulai perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian, alokasi keuangan, perizinan, promosi dan kebutuhan lain yang dibutuhkan,” kata Bobby.
Sedangkan pekerjaan media adalah mendukung publikasi, promosi, dan membangun branding produk yang terkait dengan bisnis pariwisata.
“Saya meyakini, pentahelix akan mempercepat pembangunan kepariwisataan DIY yang berkualitas dan berkelanjutan,” kata Bobby.
Bagaimana dengan pembentukan Yogyakarta Crisis Center? Kata Bobby, DIY harus segera menyusun pedoman penanganan krisis kepariwisataan.
Pedoman crisis center meliputi antara lain model kerja, sistem, kelembagaan, dan mengidentifikasi potensi bencana.
Juga menyusun prosedur pengelola krisis untuk menekan risiko di bisnis pariwisata akibat terjadinya bencana alam.
“Ingat, sektor pariwisata sangat sensitif terhadap isu. Antara lain terkait bencana alam yang bisa mempengaruhi kedatangan wisatawan ke Yogyakarta,” katanya.
BACA JUGA: Bagi yang Penasaran, Ini Lirik Jadikan Aku Ratu, Hits Single Terbaru Astrid
Selain optimalisasi pentahelix dan pembentukan Yogyakarta Crisis Center, Bobby juga mengajak para pelaku usaha pariwisata segera menyesuaikan perkembangan pembangunan.
Ia menyebut pembangunan tol yang menghubungkan DIY dengan kota-kota di Pulau Jawa.
“Terus terang, saya gelisah,” ujarnya.
Mengapa? Bobby mengungkapkan, keberadaan jalan tol telah memperpendek waktu tempuh.
Wisatawan yang datang ke DIY di masa mendatang berpotensi bisa saja tak lagi menginap.
Artinya, dengan waktu perjalanan yang singkat, wisatawan domestik datang seperlunya. Lalu, segera kembali ke kota keberangkatan.
Bila kekhawatiran itu terjadi, bisnis penginapan yang kali pertama terdampak.
Itulah sebabnya, Bobby mengajak seluruh stakeholder pariwisata terus melakukan inovasi dalam dunia pariwisata. (*)