Kronika

Anak Sulung Hamil 7 Bulan, Pak BW Gelar Tingkeban, Suasananya Jadul Banget

282
×

Anak Sulung Hamil 7 Bulan, Pak BW Gelar Tingkeban, Suasananya Jadul Banget

Sebarkan artikel ini
TINGKEBAN: Tradisi Jawa yang menandai kehamilan kandungan pertama memasuki usia tujuh bulan. (ipoex naduma)

ZonaJogja.Com – Bambang Wisnu Handoyo, mantan kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) DIY, sedang bungah.

Bersama isterinya, Wrih Puji Rarasati, dan keluarga besar, Bambang baru saja melangsungkan acara Tingkeban.

Advertisiment
Scroll ke bawah untuk berita selengkapnya

Tentu saja, tingkeban untuk Tyas, anak sulung yang dinikahi Eka, pria pujaan pada tahun 2018.

Tingkeban adalah tradisi Jawa yang menandai kehamilan kandungan pertama memasuki usia tujuh bulan.

Tradisi turun temurun ini mendoakan bayi dalam kandungan agar lahir normal, lancar, dan dijauhkan dari berbagai kekurangan dan berbagai bahaya.

BERITA LAIN: Lele Truno, Ikan Berupa Kepala dan Tulang di Kompleks Makam Raja Kotagede, Ini Ceritanya

BOPONGAN: Tyas dan Eka. (ipoex naduma)

Acara tingkeban dilangsungkan di kediaman Bambang Wisnu di kampung Glagahsari, Umbulharjo, 5 Agustus lalu pukul 10:00 – 12:00.

Dihadiri sekitar 200 tamu yang memenuhi tenda yang didirikan di  gang kampung.

Acara Tingkeban dimulai dengan Sungkeman. Diawali prosesi  Tyas  sungkem kepada suaminya sebagai calon ayah.

Lalu, calon ibu dan calon ayah sungkem kepada calon kakek dan calon nenek.

Dilanjutkan Delepan. Yakni, calon nenek memasukkan dua kelapa yang sudah dilukis Kamajaya dan Kamaratih dalam air siraman.

Berikutnya prosesi Ngeracik Tirto Siraman. Calon nenek dari Tyas dan Eka meracik air untuk siraman yang berasal dari tujuh sumber mata air.

BERITA LAIN: Dukung Gandeng Gendong, Bank BPD DIY Sumbang Rp 700 Juta

SAKSI TRADISI: Tyas dan Eka diapit orang tua masing-masing. (cut marlaini)

Sekadar diketahui, seminggu sebelum acara, Bambang Wisnu safari mengambil air dari  Umbul Cokro  (Klaten),  Sendang Sriningsih (Klaten),  rumah calon ayah (Padepokan Wedi),  rumah calon ibu (Padepokan Glagah),  Sendang Bekung (Mangunan), Sendang Minggir (Padepokan Minggir), dan air Zam-Zam dari Mekkah.

Dilanjutkan acara Siraman, Pecah Kendi, dan Pinjung Pitu. Prosesi Pinjung Pitu adalah calon ibu mengenakan kain 7 warna.

Lalu, Clorotan. Kedua calon nenek melewatkan teropong  dalam kain 7 warna yang dipakai calon ibu.

Usai Clorotan, dilanjutkan Mecah Tigan. Calon ayah menjatuhkan telur melalui kain 7 warna yang dipakai calon ibu.

Kemudian prosesi Gantos Busono, dan Pentes-Pantes. Saat prosesi pantes-pantes, calon ayah menjemput calon ibu di kamar ganti.

BERITA LAINBank Sehat dan Jamin Simpanan Nasabah jadi Komitmen LPS

KELUARGA BESAR: Bambang Wisnu Handoyo dan Wrih Puji Rarasati bersama keluarga. (cut marlaini)

Calon ibu berganti kain kebaya dan jarik sebanyak 7 kali. Setiap berganti kain kebaya dan jarik, Tyas bertanya kepada ibu-ibu, apakah sudah pantes atau belum.

Usai Pantes-Pantes, diteruskan Nigas Janur.  Calon ayah membuka janur yang dililitkan di perut calon ibu menggunakan keris secara cepat.

Di penghujung acara Tingkeban, ada prosesi Brojolan. Calon ayah membrojolkan dua kelapa, lalu ditangkap kedua calon nenek  secara bergantian  menggunakan kain gendongan.

Disusul prosesi Angkreman (kebaya dan kain yang dipakai untuk pantes-pantes diduduki calon ibu seperti ayam angkrem).

Kemudian, Dhahar Jenang Procot , Mbopong, dan diakhiri  prosesi Jualan Rujak Gobet dan Dawet. (*)