ZonaJogja.Com – Pemkot Yogyakarta tahun ini memaksimalkan desentralisasi pengolahan sampah.
Jalan keluarnya menggunakan modul refuse derived fuel (RDF). RDF adalah bahan bakar batubara yang digunakan membuat semen.
“Kami ingin sekali masalah sampah tuntas di tahun 2024,” kata Pejabat Walikota, Singgih Raharjo kepada wartawan di Balaikota Timoho (20/2/2024).
Satu modul dapat mengolah 20 ton sampah per hari. Rencananya, ada dua modul yang digunakan.
Perhitungannya, jika ada dua modul dan dua shift per hari, sampah yang diolah bisa 80 ton per hari.
BERITA LAIN:
- Trafik Broadband Telkomsel Naik 8,4 Persen saat Pemilu, Jaringan Komunikasi di 680 Titik Dibikin Nyaman
- Telkomsel Atensi Korban Banjir Demak, Beri Bantuan Paket Data dan Obat-Obatan
Mengatasi masalah sampah, Pemkot Yogyakarta juga sedang menyiapkan pembangunan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST).
Lokasinya di Nitikan, Umbulharjo. Lahan yang disiapkan sekitar 3 ribu meter persegi.
Pengolahan di TPST Nitikan akan menggunakan tekonologi ramah lingkungan.
Harapannya, TPST Nitikan bisa mengatasi persoalan darurat sampah sejak Juli 2023.
Hingga sekarang, sampah dari Kota Yogyakarta yang dibuang di TPA Piyungan dibatasi maksimal 145 ton per hari.
Pemkot Yogyakarta terus mengoptimalkan pengelolaan sampah mandiri di Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS3R) di Nitikan dan Karangmiri.
BERITA LAIN:
- Kunker ke Yogyakarta, Hafidh Asram Bahas Istitha’ah Kesehatan, Apa yang Menarik?
- Pariwisata Kawasan Selatan Dikembangkan, Pemkab Kulon Progo Dorong Kolaborasi
Kata Singgih, sampah yang diolah di Nitikan bisa mencapai 30 ton per hari.
“Kami juga menggenjot program gerakan zero sampah anorganik (GZSA), dan pengolahan sampah dan limbah dengan biopori ala Jogja atau Mbah Dirjo,” ujar Singgih.
Mbah Dirjo terbukti mampu mengurangi sampah rumah tangga hingga 50 ton per hari.
Saat ini terdapat 29.843 titik Mbah Dirjo di 14 kemantren yang bisa dimanfaatkan warga. (*)