Tutup
Headline

Anthrax Muncul Lagi di Gunungkidul, Pakar UGM: Sumbernya Harus Diisolasi

168
×

Anthrax Muncul Lagi di Gunungkidul, Pakar UGM: Sumbernya Harus Diisolasi

Sebarkan artikel ini
WASPADA ANTHRAX: Munculnya kasus anthrax karena spora bacillus anthracis yang bersumber dari hewan yang disembelih atau lingkungan ternak. (Sumber Foto: Pemda DIY)

ZonaJogja.Com – Kasus anthrax kembali ditemukan di Kapanewon Gedangsari,  Kabupaten Gunungkidul.

Kasus ini menjadi atensi Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Terungkap,  munculnya kasus anthrax  karena spora  bacillus anthracis yang bersumber dari hewan yang disembelih atau lingkungan ternak.

Advertisiment
Scroll ke bawah untuk berita selengkapnya

“Sebab spora yang dihasilkan bakteri antraks sulit hilang. Bisa bertahan di tanah hingga puluhan tahun,” kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Prof  Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni (Aeth) di UGM (10/3/2024).

Saat disembelih, bakteri dalam darah keluar, lalu berinteraksi dengan udara akan membentuk spora.

Spora bisa terbentuk jika bakteri bacillus anthracis terpapar oksigen. Itulah sebabnya,  spora tidak pernah ditemui dalam tubuh penderita atau  bangkai.

BERITA LAIN: Al Gibrano Aristomoeda, Bocah Jago Dongeng dari Lampung Timur

Aeth menyarankan hewan yang terserang anthrax, termasuk lokasi  sumber anthrax harus diisolasi.

Tidak boleh ada satu kendaraan pengangkut ternak yang keluar masuk lokasi.

“Tidak boleh juga sembarang orang keluar masuk di wilayah tersebut.  Hanya petugas yang sudah ditetapkan,” pintanya.

Kasus anthrax di Gunungkidul bukan hanya kali ini ditemukan. Tahun 2019 ditemukan 12 orang positif anthrax di Kapanewon Karangmojo dan Ponjong.

Satu orang tidak dapat diselamatkan.  Tahun 2021 terjadi lagi di Desa Hargomulyo, Gedangsari.

BERITA LAINUIM Yogyakarta, Kampus Baru di Jalan Wates, LLDIKTI Wilayah V Sebut Potensinya Bagus

Tujuh orang positif tertular anthrax. Tahun 2022 terdeteksi 13 orang positif anthrax di Ponjong.

Sedangkan tahun 2023, sebanyak 87 orang dinyatakan positif anthrax di Dusun Jati, Desa Candirejo, Semanu.

Sebanyak 18 orang bergejala dan 1 orang meninggal dunia

Dosen Fakultas Peternakan UGM, Nanung Danar Dono PhD mengatakan peternak tidak memotong hewan yang sakit atau mengkonsumsi hewan yang sudah menjadi bangkai.

“Daging bangkai tidak boleh dikonsumsi. Karena matinya karena zoonosis bisa menular ke manusia,” katanya memberi alasan.

BERITA LAIN: Ingat Kinahrejo dan Bebeng di Masa Lalu, Suasananya Bikin Kangen

Hewan yang sakit sebaiknya diisolasi untuk diobati. Bila ditemukan  hewan  mati yang diyakini terkena anthrax, sebaiknya langsung dikubur atau dikremasi di lokasi.

Jika tidak ada alat kremasi, dikubur saja. Ditimbun lalu disemen. Tidak boleh dibongkar selamanya, karena spora sangat awet.

Nanang menyarankan hewan yang mati tidak dipindah ke tempat lain. Alasannya, darah yang keluar dari hewan mati   menyebarkan spora di sepanjang jalan. (*)