JOGJA kota seni. Siapa yang akan menyangkal bila keberadaan Keraton Yogyakarta jelas menjadi motor , sekaligus inspirator utama pertumbuhan ruang seni di Jogja?
Sejarah perpindahan ibukota dari Jakarta ke Jogja pada tahun 1946 menjadi faktor mobilisasi seniman dari ibukota ke Jogja.
Mereka menjadi inisiator berdirinya perguruan tinggi seni pertama di Indonesia pada tahun 1952.
Maka, wajar bila sangat mudah menemukan komunitas, sanggar seni, museum, galeri seni, pentas, pameran seni, atau event kesenian di Jogja.
BERITA LAIN: Anak jadi Korban Kekerasan Makin Banyak, Pelakunya Orang Terdekat
Ruang berkesenian meluas. Tidak hanya gedung. Pergerakan berkesenian meluas hingga jalanan, taman, pedestrian, hingga dinding bangunan.
Wajar juga jika animo masyarakat penikmat seni di Jogja lebih tinggi, termasuk anak muda.
Mereka sangat intens datang menikmati produk seni. Ada juga yang sebatas menjadikan ekspresi seni sebagai bahan konten sosial media.
Atau ada anak-anak muda yang sekadar berbagi informasi sebagai validasi penikmat seni. Karya seni jelas akan menampilkan konten berdaya estetis tinggi, mendukung portofolio sosial media.
BERITA LAIN: OJK Cabut Izin PT BPR Sembilan Mutiara, LPS Siapkan Pembayaran Klaim Penjaminan
Tak apalah. Atensi mereka terhadap seni tetap harus diapresiasi dan diberi applaus.
Bagaimanapun, Jogja sebagai kota seni selain membutuhkan seniman, karya seni, juga membutuhkan penikmat seni.
Anak muda adalah instrumen yang bisa dikelola untuk menyemarakkan aktivitas seni.
Anak-anak muda selalu hadir meramaikan dan mempopulerkan even kesenian.
Itulah sebabnya, atmosfer seni Jogja dapat terus terjaga sampai hari ini, hingga mendatang.
BERITA LAIN: Mengenang Shalat Ied di Alun-alun Utara Yogyakarta, jadi Ingat Masa Kanak-Kanak
Akun sosial media anak-anak muda yang membawa label Jogja sebagai kota seni mendunia semakin go internasional.
Sehingga, kita semua sepakat. Kehidupan seni di Jogja tidak akan pernah padam.
Bahkan, terus bereksplorasi dan selalu dinikmati sesuai zaman.
Akhirnya, kita berterimakasih kepada Keraton Yogyakarta yang telah berkontribusi terhadap keberlangsungan seni Jogja terus menyala sampai hari ini.
Kita juga memberi apresiasi kepada anak-anak muda yang telah mengisi ruang-ruang berkesenian. (*)
Penulis adalah pemerhati seni dan ketua DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Yogyakarta