ZonaJogja.Com – Ribuan orang, pagi tadi (10/4/2024), menunaikan shalat Idul Fitri di pelataran Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta.
Suasana shalat ied yang diselenggarakan Panitia Hari Besar Islam (PHBI) DIY tahun ini berbeda dibandingkan tahun 2023.
Jemaah shalat ied kali ini membludak. Pelataran Masjid Gedhe tak sanggup menampung kedatangan umat Islam.
Mereka datang dari berbagai kampung sekitar Kauman. Antara lain, Rotowijayan, Suronatan, Notoprajan, Purwodiningratan, Ngasem, dan Kadipaten.
BERITA LAIN: Alumnus Jurusan Matematika Ini Memandikan Ribuan Jenazah, Mengaku Dapat Banyak Hikmah
Juga didatangi para pemudik yang jauh hari telah merencanakan shalat ied di Pelataran Masjid Gedhe Kauman.
Saking banyaknya, jemaah membuat barisan shof tambahan di jalan aspal. Jalan ini berada di barat Alun-alun Utara.
Tempat penyelenggaraan shalat ied dibagi dua. Sisi kiri untuk jemaah perempuan. Sisi kanan bagi jemaah pria.
Panitia memisahkan shof pria dan wanita dengan tirai di tengah yang memanjang hingga belakang.
Jalan-jalan menuju Pelataran Masjid Gedhe Kauman dipenuhi sepeda motor dan mobil pribadi.
BERITA LAIN: Selama Ramadhan, LazisMu RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta-Gamping Salurkan Rp 447 Juta Lebih
Mobil-mobil yang parkir di sepanjang jalan Kauman dan sekitarnya kebanyakan berpelat kendaraan dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat.
Bahkan, ada beberapa mobil berpelat kendaraan dari Sumatera. Tepat pukul 07.00, shalat ied dimulai.
Kemungkaran Struktural
Selaku imam dan khatib adalah Prof Dr HM Din Syamsudin, mantan ketua PP Muhammadiyah.
Usai shalat, Din menyampaikan ceramah Idul Fitri Momentum Perubahan.
Ia mengungkapkan kendurnya kualitas gotong royong. Yang terjadi justru bernafsi-nafsi untuk hidup dan selamat sendiri.
BERITA LAIN: Haedar Nashir: Mas Afnan Berhak Maju jadi Calon Walikota
Din juga menyoroti gejala sebagian masyarat yang lebih mengedepankan hak daripada kewajiban.
Termasuk menyebut fenomena menghalakan segala cara untuk tahta. Suara rakyat tidak lagi menjadi suara Tuhan.
“Tetapi suara yang tergadaikan dengan uang demi untuk menang,” ungkap Din.
Di akhir ceramah, Din mengajak kaum beriman melakukan perubahan terhadap kehidupan bersama yang mengalami kerusakan.
Kaum beriman dituntut melakukan kewajiban dan tanggung jawab melakukan amar makruf nahyi mungkar terhadap kehidupan bangsa yang masih diliputi kemungkaran struktural.
Din menyebut dengan istilah kediktaktoran konstitusional. (*)