ZonaJogja.Com – Sosok pria ini sangat dikenal di Kabupaten Bantul. Namanya Sumaji.
Tinggal di Sabdodadi, Kapanewon Bantul. Pria kelahiran 14 Februari 1964 ini menyandang sebutan sebagai pengusaha sejak puluhan tahun lalu.
Ia langganan menggarap proyek-proyek fisik di wilayah DIY yang bersumber dari APBD.
Sumaji juga membangun sarana tempat tinggal masyarakat, termasuk membangun rumah toko untuk usaha.
“Hidup harus kerja keras. Berapapun hasilnya disyukuri. Yang penting halal dan barokah,” kata Sumaji.
BERITA LAIN: Hari Ini, PDIP Bantul Jaring Bakal Calon Bupati
Dalam menjalani hidup, suami Siti Fatimah ini memilih tidak ngoyo.
“Tetapi, ikhtiar dan berdoa harus terus dilakukan. Satu lagi, keberadaan kita harus berfaedah bagi masyarakat,” ujarnya.
Sumaji adalah sosok yang menyenangkan. Bersahaja. Selalu menghormati orang lain.
Selalu menjaga ucapan, bahasa dan sikap. Ia hanya ingin bersahabat dengan siapapun.
Sumaji memilih mencari teman. Itulah sebabnya, ayah dari tiga anak ini lebih memilih “menarik diri” daripada terjadi permusuhan.
BRITA LAIN: Masyarakat Dukung Untoro Hariadi Maju Pilkada 2024, Berharap Terpilih jadi Bupati
“Tapi, bukan berarti karena ada masalah. Justru saya sedang meredam masalah,” ujarnya.
Di sela-sela kesibukan mengurusi ini-itu, Sumaji menyempatkan diri mengikuti berbagai kegiatan di masyarakat.
Mulai pertanian, perkumpulan warga, pengajian hingga kegiatan seni dan budaya.
Sekadar diketahui saja, setelah lulus dari SMK Bugisan, Sumaji kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Tak mengherankan bila Sumaji memiliki “darah seni”. Ia telah memberi kontribusi bagi pelestarian kesenian lokal.
BERITA LAIN: “Mainan Baru” jadi Penyebab Bambang Wisnu Lebih Banyak di Rumah
Ia melupakan bahwa dirinya sebenarnya sedang sakit. Selama berbulan-bulan, Sumaji berjuang melawan sakit gula darah tinggi.
Mulai perawatan medis, hingga berikhtiar menyembuhkan sakit melalui cara non-medis.
Hasilnya, ada perbaikan. Kadar gula terus membaik, mendekati normal.
Kini, Sumaji kembali bergeliat setelah dua tahun “menghilang” dari peredaran.
“Alhamdulillah. Saya bisa kembali melakukan aktivitas meski tetap harus kontrol diri,” ujarnya. (*)