Tutup
Headline

Tanggulangi Krisis Pandemi, ICMI DIY Sebut Perlu Refocusing Danais

111
×

Tanggulangi Krisis Pandemi, ICMI DIY Sebut Perlu Refocusing Danais

Sebarkan artikel ini
HERRY ZUDIANTO

YOGYAKARTA – Majelis Pimpinan Wilayah Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) DIY menyatakan perlunya melibatkan  sumber daya manusia berketrampilan medis dalam penanganan COVID-19.

Sumber daya manusia  dari perguruan tinggi dibutuhkan  untuk mendukung tenaga kesehatan yang jumlahnya tidak sepadan dengan jumlah pasien virus corona yang terus bertambah.

Advertisiment
Scroll ke bawah untuk berita selengkapnya

“Peningkatan jumlah warga terpapar  COVID19 membuat kewalahan tenaga kesehatan di lapangan,” kata Ketua Majelis Pimpinan Wilayah ICMI DIY, Herry Zudianto kepada ZonaJogja.Com, hari ini (5/7/2021).

ICMI DIY juga berpendapat perlu terus dibangun optimisme dan semangat juang masyarakat bisa bangkit. Bisa dilakukan dengan menyebarkan pesan-pesan edukatif yang memiliki semangat optimisme.

BACA JUGA: TPST Piyungan Bakal Diperluas, Warga Minta Pemda DIY Bijaksana

“Bahwa kita semua bisa melewati masa pandemi ini dengan tetap mengedepankan akal sehat,” sambung Herry Zudianto.

Perlu dilakukan riset untuk mengkaji kelompok atau klaster  yang mengalami dampak pandemi terberat. Langkah ini  bisa melahirkan rekomendasi kebijakan dan tindakan yang tepat serta relevan.

ICMI DIY juga menyatakan perlunya kajian untuk refocusing Dana Keistimewaan (Danais) untuk menanggulangi kedaruratan krisis pandemi.

Bagi ICMI DIY,  kebijakan mendesak penanganan ledakan kasus positif COVID-19 di DIY perlu optimalisasi shelter mandiri yang berbiaya rendah.

Caranya memanfaatkan gedung sekolah, kampus, penginapan, JEC dan bangunan lain yang belum efektif.

BACA JUGA: Kendaraan BPBD Kota Yogyakarta Tabrakan di Persimpangan Mal Galeria

Masyarakat harus didorong meningkatkan partisipasi dalam penanganan pandemi virus corona melalui berbagai aksi dan kepedulian sosial.

Bisa membagikan sembako, pembagian oksimeter, penyediaan shelter mandiri, dan vaksinasi massal.

Lalu, peningkatan kapasitas test, tracing, dan treatment (3T) dari yang semula 100 orang per hari menjadi 500 orang per hari.

“Selain itu, krisis oksigen  memerlukan tindakan cepat dan tepat guna menghindari bertambahnya jumlah korban  yang tidak diinginkan,” kata Herry mengingatkan. (nik/asa)