Hiburan

55 Perupa Cerita Masa Lalu dengan Lukisan, Dipajang di Museum Monjali Tanggal 17-30 September

194
×

55 Perupa Cerita Masa Lalu dengan Lukisan, Dipajang di Museum Monjali Tanggal 17-30 September

Sebarkan artikel ini
MASA LALU: Lukisan tentang "Narto Pr dengan dan tanpa Topi" karya Dyan Anggraini (kiri) dan "Karapan Sapi" karya Yoset Wibowo. (istimewa)

ZonaJogja.Com – Jika  ke Yogyakarta tanggal 17 hingga 30 September 2024, mampirlah ke Museum Monumen Jogja Kembali.

Ada pameran lukisan karta 55 perupa. Pameran bertajuk Oldies ini bakal bertabur “bintang”. Pameran akan dibuka jenderal yang juga seniman. Yakni,  Prof Dr Irjen Pol Chryshnanda Dwilaksana. Chryshnanda adalah jenderal yang seniman.

Advertisiment
Scroll ke bawah untuk berita selengkapnya

Juga hadir Prof  Dr Trie Hartiti Retnowati, dan Prof Dr I Wayan Suardana. Keduanya dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Lalu, Prof Dr Ahmad  Syaify dari Fakultas  Kedokteran Gigi UGM.

Kurator pameran, Dr Hadjar Pamadhi mengungkapkan pameran karya seni Oldies ini seperti lagu-lagu yang terhimpun dalam Golden Oldies Indonesia tahun 1950-1960.

BERITA LAIN: Pertama di Yogyakarta, Push Bike Digelar di Hotel, Peserta Mbludak

Misalnya Chrisye, Nike Ardila, Rhoma Irama, Achmad Albar, Benyamin dan lain-lain.

“Itulah dunia oldies lagu. Maka serasa lagu Oldies Seni Rupa. Karya-karya yang masuk sebagai imajinasi perupa adalah dunia realis,” ujar Hadjar Pamadhi yang selama ini dikenal sebagai pelukis Rajah.

Para perupa Oldies  menerjemahkan dunia realis menjadi realisme semu, realisme sosial, bahkan surealisme. Para perupa  merepresentasikan menjadi dua kategori: seni representasional dan nonrepresentasional.

Upaya reflektif masa lalu diangkat Christina Anggriyani (Siapakah Aku Ini), Dwi Retno Sri Ambarwati (Wanita Penjaga Kehidupan), Andaru Priyoko (Narima ing Pandum) dan Erwan Widyarto (Menjalani Takdir).

BERITA LAIN: by.U Gelar Turnamen Futsal Nasional, Diikuti 912 Sekolah di DIY dan Jateng

Sedangkan tema lawasan terlihat pada Bank Indonesia Jogja karya Agus Winarto. Atau I Will Survive karya Agung Suhastono yang memvisualkan sepeda onta.

Podang Suroto (Ngasem Tahun 1998), Pratiwi Endang Lestari (Desaku yang Kucinta) dan CH Sapto Wibowo dengan Radio Kuno.

Pameran juga memajang karya perupa yang mengangkat soal masa lalu seperti tarian, tokoh wayang maupun kehidupan sosial jual beli pasar tradisional.

Tengok saja karya Moego Anugri (Dewi Gandari), Barlin Srikaton (Arjuna Wiwaha),  Faisal Budiharso (Great Story of Roro Mendut), Benny Dimsiki (Panen Brambang), Budiati Tino Sidin (Pasar Kobis), dan Marsim dengan Pencuri Hati yang mengangkat cerita Jaka Tarub.

Perupa Erwan Widyarto dalam tulisan pengantar pameran menuliskan fantasi dan imajinasi para perupa dalam berkarya banyak yang mengarah pada upaya reflektif masa lalu.

Para perupa mengungkap isu-isu sosial yang relevan dengan konteks masa kini. Ada pula yang mengangkat lawasan, sesuatu yang kuno, yang jadul. (*)