SLEMAN, ZonaJogja.Com – Ternyata, tidak semua program dan kegiatan seni di DIY terdokumentasi. Dokumentasi sering hanya dimaknai sebagai pengadaan rekaman foto dan video.
“Bahkan dokumentasi semata-mata hanya untuk kepentingan laporan penyelenggaraan bukti spj,” kata penulis sekaligus pemerhati seni budaya, Purwadmadi pada Workshop Penulisan Ulasan Peristiwa Seni sebagai Arsip dan Dokumentasi Budaya di Hotel Tara, 28 Oktober lalu.
Workshop yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan DIY ini juga menghadirkan Agus Utantoro (Reporter METRO TV/mantan wartawan MEDIA INDONESIA), dan Pemimpin Redaksi ZonaJogja.Com, Azam Sauki Adham.
Kata Purwadmadi, dokumentasi tidak diperlakukan sebagai arsip memori untuk penunjang penting dokumentasi kebudayaan.
Juga tidak tertata dalam struktur arsitektur arsip dokumen standar yang tersistem, dan mudah diakses serta menjadi sumber informasi pengetahuan publik.
BACA JUGA: Kinerja Keuangan Danamon Tumbuh 8 Persen
Materi arsip dokumentasi dalam bentuk narasi tertulis dari setiap program dan kegiatan sebagai laporan faktual program dan kegiatan yang telah selesai diselenggarakan.
“Saya ingin mengatakan, program dan kegiatan seni belum digarap dengan baik sebagai sumber informasi pengetahuan publik yang dapat menjadi inspirasi bagi generasi terkini dan mendatang,” ujar Purwadmadi, wartawan senior ini.
Pemimpin Redaksi ZonaJogja.Com, Azam Sauki Adham mengungkapkan, pemberitaan seni budaya masih sebatas dikonsumsi komunitas. Belum menjadi milik publik.
Kata Azam, perlu terobosan agar berita tentang kegiatan seni dan budaya bisa dinikmati semua orang. Informasi yang disuguhkan melalui media massa atau media online selama ini hanya sebatas berita.
“Terobosanya adalah meningkatkan kualitas membuat berita seni dan budaya. Bagaimana beritanya menarik dibaca,” kata Azam.
Bila masyarakat telah jatuh cinta terhadap berita seni dan budaya, otomatis pesan dalam tulisan akan tersampaikan kepada masyarakat.
BACA JUGA: Secara Universal, Dokter adalah Pengabdi Kemanusiaan
Otomatis, informasi seni dan budaya bisa mengambil peran membawa perubahan kepada masyarakat ke arah lebih baik.
Misalnya, berita seni dan budaya bisa mendorong membuat masyarakat bisa menjaga tata krama dan kesantunan saat berinteraksi sosial.
“Termasuk menjadikan berita sebagai arsip untuk kepentingan lebih luas lagi,” ujar Azam.
Sementara Agus Utantoro mengatakan pentingnya menulis berita seni dan budaya secara menyeluruh.
Bukan hanya memberitakan even kegiatan. Tapi, mengulik sejarah atau cerita lain di balik event.
“Dengan kata lain, tulisannya harus mendalam dan utuh. Tulisan ini jadi menarik dibaca,” katanya.
Misalnya acara pertunjukan, arak-arakan, perayaan adat, lomba, maupun totonan lain yang bersifat hiburan.
Agus juga menyatakan pentingnya penulisan ulasan peristiwa seni sebagai arsip dan dokumentasi budaya dalam bentuk karya jurnalistik.
BACA JUGA: Suroso, Tukang Pijat yang Menangani Ribuan Pasien
Kasubag Program Dinas Kebudaan DIY, Aryanto Hendro menjelaskan, workshop diikuti repoter volunteer Mata Budaya, pelaku budaya dan kontributor berita budaya.
“Ada tiga tujuan dari penyelenggaraan workshop,” kata Hendro.
Pertama, meningkatkan kemampuan dan keterampilan penulis, reporter, dan volunter Majalah Mata Budaya dalam membuat produk jurnalistik berupa reportase dan ulasan peristiwa seni dengan sudut pandang arsip dan dokumentasi.
Kedua, menghasilkan tulisan jurnalistik yang bisa menjadi arsip dan dokumentasi kebudayaan.
Ketiga, mendorong pegiat dan penyelenggaran program dan kegiatan untuk memperhatikan arsip dokumentasi dalam bentuk narasi tertulis. (nik/asa)