BANTUL, ZonaJogja.Com – Pria bertangan kekar ini tak menyangka bila kini menjadi tukang pijat tersohor. Tukang pijat yang telah menangani ribuan orang yang memiliki masalah dengan orat dan otot.
Namanya Suroso. Umurnya 63 tahun. Tinggal di Pepe, Pasutan, Kalurahan Trirenggo, Kapanewon Bantul.
Bagi para atlit profesional dan amatiran, nama Suroso sangat familiar. Namanya juga dikenal masyarakat dari berbagai wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Bahkan, tidak sedikit pasien yang datang ke rumahnya dari berbagai kabupaten di Jawa Tengah.
Suroso telah mendalami ilmu pijat sejak tahun 1980an. Ia belajar secara otodidak. Gurunya hanya membaca buku-buku tentang ilmu pijat.
Awalnya, Suroso menangani masyarakat yang kesakitan karena keseleo, salah urat atau otot bermasalah.
BACA JUGA: Menunggu Mahasiswa UWM Bikin Prototipe Bangunan Tahan Gempa
Waktu terus berjalan. Nama pensiunan Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta ini semakin dikenal.
Apalagi ketika menjadi pemijat khusus bagi pemain sepakbola Persiba, nama Suroso dibicarakan di mana-mana.
Ia seperti artis yang sedang naik daun. Karena berdasarkan testimoni pasien, tangan Suroso menyembuhkan berbagai sakit yang berhubungan dengan persoalan pada otot dan urat.
“Alhamdulillah. Karena pertolongan Gusti Allah melalui Pak Suroso, sakit keseleo saya sembuh,” kata pasien dari Cangkringan, Sleman.
Tak hanya atlit. Suroso menjadi langganan para pejabat. Termasuk sejumlah selebritis yang pernah merasakan “disiksa” Suroso karena tangan keseleo.
Dulu, sebelum pensiun dari pegawai negeri, Suroso hanya bisa melayani pasien setelah maghrib. Sejak purna tugas, Suroso membuka praktik sejak pagi hingga sore hari.
Pasien yang ingin sembuh harus sabar. Pasalnya, Soroso setiap hari bisa memijat 20-30 orang per hari. Ia membutuhkan waktu berkisar 20 menit untuk mengatasi persoalan pasien.
Itulah sebabnya, rumah Suroso selalu terlihat antrian panjang. Bahkan, agar mendapatkan nomor urut awal, tidak sedikit pasien yang datang sejak pukul 06.00 pagi berebut nomor urut.
BACA JUGA: Menulis Kawan Sendiri Itu, Rasa Menyenangkan yang Beda | oleh: Purwadmadi Admadipurwa
Sejak anaknya meneruskan jejak sebagai tukang pijat, prosesi pijat bisa lebih cepat. Rumah layanan pijat menyediakan dua kamar. Kamar satu untuk Suroso, kamar kedua untuk anaknya.
Namun, sejak pandemi virus corona, tidak terlihat keramaian di rumah Suroso. Ia membatasi jumlah pasien.
Lantas, berapa besar biaya pijat sekali datang? Suroso tidak pasang harga. Bahkan, bila ada pasien yang tidak memiliki uang, Suroso pun melayani dengan sepenuh hati.
“Niatnya, saya hanya ingin menolong,” katanya memberi alasan.
Namun, pasien tetap saja menyodorkan uang yang dimasukkan dalam amplop kecil kepada Suroso. (aza/asa)