YOGYAKARTA, ZonaJogja.Com – Sibuk mengurusi duniawi, bukan berarti lantas melupakan Tuhan. Itulah pilihan hidup yang dijalani seorang pemilik warung makan bernama Soim.
Warung makan itu diberi nama “Bu Soim”, sesuai namanya. Lokasinya berada di Jalan KHA Dahlan. Persisnya di utara jalan, tak jauh dari kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Soim bukan orang baru yang membuka usaha warung makan. Pada tahun 1980an, ia membantu ibunya yang membuka warung makan. Lokasinya juga di Jalan KHA Dahlan.
Sepeninggal ibunya, wanita yang jarang bicara tapi ramah ini meneruskan usaha ibunya. Saat berjualan, Soim selalu ditemani suaminya.
Warung “Bu Soim” buka pukul 17.00 hingga 24.00 setiap harinya. Bahkan, kadang sampai pukul 02.00 dinihari. Maklumlah. Ibunya dulu juga membuka warung hingga pagi hari.
Bahkan, sering tutup menjelang saat adzan subuh. Warung ini menyediakan nasi rames khas “Bu Soim”. Nasi disampur sayur pedas. Lauk tinggal pilih. Ada telur dadar, telur rebus, tempe dan tahu bacem, serta bakmi. Juga ada soto ayam dengan rasa yang sudah melegenda.
Bagi yang suka panganan, Soim juga menyuguhkan pisang goreng, tape goreng, dan jadah goring. Sementara minumannya ada teh panas, kopi dan wedang the krampul.
Pelanggan warung ini dari berbagai kalangan. Mulai dosen, guru, mahasiswa, pegawai swasta, tukang becak, ojek, pedagang keliling, dan tukang parkir.
“Masakannya sederhana. Enak. Murah lagi,” ujar Muktar, penduduk Magelang yang selalu menyempatkan makan di warung ini saat berada di Yogyakarta.
Meski ramai pelanggan, Soim tak melupakan kewajibannya sebagai manusia. Saat adzan maghrib berkumandang, ia segera mengambil air wudhu. Lalu, shalat di tempat yang berjarak sekitar 3 meter dari gerobak.
Begitu pula ketika adzan isya. Ia kembali mengambil air wudhu. Kemudian, menjalankan shalat.
Begitulah Soim. Ia sibuk mengurusi duniawi, tetapi bukan berarti lantas melupakan Tuhan.
(nik/asa)