Wisata

Setelah Ditelusuri, Ternyata Ada 104 Varian Nasi Goreng di Indonesia

132
×

Setelah Ditelusuri, Ternyata Ada 104 Varian Nasi Goreng di Indonesia

Sebarkan artikel ini
MAGELANGAN: Jenis nasi goreng ini juga disukai masyarakat. (ninik/zonajogja.com)

SLEMAN – Ternyata, ada ratusan jenis nasi goreng di Indonesia. Adalah Pakar Kuliner Nusantara dari Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM, Dr Dwi Larasatie Nur Fibri STP MSc yang menyebutkan terdapat 104 varian nasi goreng.

“Sebanyak 36 jenis nasi goreng dapat ditelusuri asal usulnya, 59 lainnya merupakan nasi goreng pengembangan yang tidak bisa ditelusur daerah asal,” kata Larasatie dalam  bedah buku  “Nasi Goreng Indonesia, Cita Rasa Mendunia”, 15 Juli lalu.

Advertisiment
Scroll ke bawah untuk berita selengkapnya

Larasatie yang sehari-hari menjadi dosen Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian ini mengatakan nasi goreng merupakan salah satu kuliner unggulan di Indonesia.

Nasi goreng sejajar dengan sate, soto, rendang, dan gado-gado yang  dinikmati berbagai kalangan. Nasi goreng memiliki cita rasa mendunia karena rasanya dapat diterima secara global.

BACA JUGA: UGM Kembangkan Mobil Hemat Energi

“Banyaknya jenis nasi goreng menjadikan keunikan tersendiri. Sebab, mendorong keingintahuan mencoba jenis lain,” ujarnya seperti dikutip ugm.ac.id.

Nasi goreng menjadi jawaban bagi masyarakat mengolah “nasi sisa” menjadi makanan bercita rasa.

Wakil Direktur Bidang Pelatihan, Pendidikan, dan Penelitian  Indonesian Gastronomy Community, Dr Endang Suraningsih MM MPSi mengutarakan buku “Nasi Goreng Indonesia, Cita Rasa Mendunia” merupakan buku menarik.

Buku ini direkomendasikan untuk dimiliki para pecinta nasi goreng. Endang  mendorong agar terus memajukan kuliner nusantara, khususnya nasi goreng.

BACA JUGA: Rusunawa Gemawang jadi Shelter Pasien Gejala Ringan

Perlu roadmap kuliner dengan konsep yang jelas untuk menjawab tantangan. Menjadikan nasi goreng Indonesia dengan cita rasa mendunia yang dikenal dan dicintai masyarakat dunia.

Nasi goreng  adalah makanan adaptif dan bisa menyesuaikan, sehingga dapat dikembangkan secara mudah.

“Namun, pengembangannya tetap harus menjunjung tinggi jati dirinya sebagai makanan khas Indonesia,” kata Endang. (nik/asa)