tutup
Headline

Erupsi Merapi Bisa Lebih Besar, Tapi Aman bagi Penduduk, Ini Penjelasan Subandrio

372
×

Erupsi Merapi Bisa Lebih Besar, Tapi Aman bagi Penduduk, Ini Penjelasan Subandrio

Sebarkan artikel ini
SUBANDRIO: Sktivitas Gunung Merapi kali ini adalah fenomena. Sejak September 2022, kejadian gempa vulkanik tidak biasa. (ist)

YOGYAKARTA, ZonaJogja.Com – Erupsi Gunung Merapi pada 11 Maret kemarin bukan yang terakhir.

Tetapi, merupakan awal  aktivitas gunung aktif yang dinyatakan “siaga” sejak 5 November 2020.

Advertisiment

“Masih sangat mungkin terjadi erupsi lebih besar,” kata  mantan kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Subandrio kepada ZonaJogja.Com, hari ini (12/3/2023).

Hanya, Subandrio meminta masyarakat tidak panik. Rileks saja. Pasalnya,  aktivitas kali ini bisa dikatakan  aman bagi penduduk  yang tinggal di lereng Gunung Merapi.

Dengan catatan, penduduk mengikuti arahan pemerintah. Mengapa aktivitas Gunung Merapi aman bagi penduduk?

BACA JUGA: Seminggu Ini Terjadi 553 Kali Gempa Vulkanik Dalam, 296 Guguran

Subandrio menyebut aktivitas Gunung Merapi kali ini adalah fenomena. Betapa tidak.  Sejak September 2022, kejadian gempa vulkanik tidak biasa.

Setiap hari muncul gempa vulkanik dalam jumlah besar. Dulu, gempa vulkanik terjadi puluhan kali.

Kini terjadi gempa ratusan kali per hari sejak September tahun lalu.

Subandrio memperkirakan, seringnya terjadi gempa vulkanik akibat migrasi magma dari “dapur” ke atas.

“Logis kalau kemudian magma mencapai permukaan di  bulan ini,” katanya.

Hanya, pergerakan magma  sekarang miskin gas. Itulah sebabnya, erupsi kemarin tidak eksplosif.

Magma terdistribusi secara merata di setiap aliran. Terutama Kali Bebeng dan Kali Krasak.

Jikapun  terjadi eksplosif , intentiasnya kecil. Penyebabnya bisa saja karena terjadi sumbatan.

BACA JUGA: Gunung Merapi Erupsi ! BPPTKG Minta Warga Menjauh 7 Kilometer dari Puncak

Saat magma tiba di atas, langsung longsor menuju aliran sungai.

Kata Subandrio, awalnya terdapat dua saluran. Yakni, tengah dan tepi. Sekarang aliran itu sudah menyatu

“Otomatis yang aktif paling tepi arah barat daya menuju Kali Krasak,” terangnya.

Soal jarak luncur awanpanas guguran, Subandrio mengatakan tergantung volume magma.

Karena itu, bila penduduk tetap ingin aman saat terjadi erupsi, kuncinya hanyalah mengikuti arahan BPPTKG.

Yakni, menjauh dari lokasi aliran awanpanas. Subandrio mengajak penduduk  tidak lengah. Tetap waspada.

Karena awanpanas guguran kemungkinan bisa mengarah ke Kali Gendol.

BACA JUGA: Sektor Transportasi jadi Penyebab Inflasi, Pemerataan Digitalisasi Bisa Tekan Biaya Ekonomi

“Jangan menganggap tidak akan ke Gendol. Ingat, pada November lalu awanpanas pernah turun ke arah Gendol,” katanya memberi warning.

Artinya, sangat mungkin terjadi penyimpangan arah.  Subandrio juga meminta masyarakat mengikuti update informasi Merapi terkini dari institusi resmi.

Salah satunya pergerakan magma. Di atas, terdapat  kubah tahun 1818. Kubah ini berpotensi tidal stabil.

Tapi, Subandrio kembali mengatakan, aktivitas Gunung Merapi saat ini aman.

Bukan menjadi ancaman bagi penduduk.  Karena erupsi tidak  eksplosif. (*)

Headline

ZonaJogja.Com – Sebagian wilayah di DIY diguyur hujan  es pada sore ini (11/3/2025). Hujan  es terjadi di  Sleman, Kota Yogyakarta dan Bantul. Dilaporkan terjadi di Jalan Godean, Jalan Magelang sekitarnya,…