ZonaJogja.Com – Puluhan orang dari Masyarakat Tradisi Jogja (Matra) turun jalan.
Mereka bukan untuk unjuk rasa, melainkan aksi budaya menggelar perfomance art di timur Gedung Agung Yogyakarta.
Aksi yang dilakukan Jumat (21/2/2025) siang ini, mengundang daya tarik masyarakat yang sedang melintas di Jalan Ahmad Yani.
Juga menjadi tontonan wisatawan yang sedang berada di kawasan Titik Nol.
“Kami reraksi dengan seni. Karena kalau protes tak didengar, maka seni yang berbicara,” ujar Koordinator Lapangan, Hendra.
BERITA LAIN: Motorola Pasarkan Moto G45 5G di Yogyakarta, Diklaim Smartphone Terbaik di Kelasnya
Mereka menyuguhkan hapening art berjudul “Petruk Kecu Dadi Ratu“: Petruk Disangka Ratu, Jebul Kecu.
Pertunjukan mengisahkan seorang jelata naik di atas panggung megah kekuasaan. Menjadi pemimpin dielu-elukan bak sang juru selamat.
Ia berpidato tentang keadilan, berpose di tengah rakyat yang bersorak, ditandu rakyat layaknya sang ratu adil.
Namun, tirai istana di belakangnya perlahan terbuka. Wajah asli terkuak. Ternyata dia adalah buto cakil, seorang kecu, perampok.
BERITA LAIN: Hasto Wardoyo Resmi jadi Walikota, Ingin Wujudkan Kemajuan Kota Yogyakarta
Istana jadi sarang pat-gulipat bersama cukong, tangan-tangan liciknya merogoh brankas negara, mencuri pundi-pundi rakyat, melipat aturan, mengendalikan kawan dan lawan dengan hukum.
Kekuasaan digandakan menjadi dinasti. Tangan yang melambai ternyata bukan memberi, tetapi mengambil. Sorak-sorai berubah menjadi bisik-bisik, lalu kemarahan.
Saat topengnya jatuh, tepuk tangan tetap bergema, karena rakyat telah terbiasa menyanjung pencuri selama pencurian terlihat indah. (*)