KULON PROGO – Mahasiswa Kelompok 62 KKN-PPM Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) memberi perhatian terhadap Panjidor.
Panjidor atau Panjidur merupakan kesenian rakyat dari Dusun Jambon, Kalurahan Donomulyo, Kapanewon Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo.
Kesenian tradisonal yang berdiri tahun 1948 ini diprakarsai Sastrodiwiryo. Panjidor semula kumpulan tarian yang sederhana tanpa ragam gerak yang rumit.
Diulang-ulang dan miskin pola lantai. Iringan musik sederhana. Berupa lantunan syair atau singir berisikan kiasan tentang nilai agama Islam, moral, petunjuk dan ajakan hidup ke arah yang lebih baik.
“Kesenian tradisional ini berfungsi sebagai sarana dakwah,” kata Ketua Kelompok 62, Muammar Andrean.
Tahun 1960 hingga 1970, kesenian tradisional ini sempat berhenti. Penyebabnya situasi politik di Indonesia.
Setelah tahun 1975, kesenian ini kembali hidup dengan gairah baru. Penari dan pendukung kesenian ini kembali menghidupkan Panjidor.
BACA JUGA:Bambang Wisnu Kini Menetap di Gunungkidul, Apa yang Dilakukan?
“Latihan kembali dihidupkan anak cucu pelaku masa lalu,” terang Andrean.
Penduduk antusias menjaga tarian Panjidor. Sebelum datang wabah virus corona, latihan dilakukan secara rutin.
Namun, sempat libur karena menjaga agar penari dan pendukung selamat dari virus COVID-19.
Itulah sebabnya, mahasiswa UMBY merasa perlu memberi atensi terhadap kelangsungan Panjidor. Tarian ini harus dilestarikan dan dikenalkan kepada publik.
Bahkan, bila perlu hingga tingkat internasional.
“Bagaimana caranya agar pada pandemi ini tetap bisa latihan dengan tetap menjaga prokes,” kata Andrean. (adv/asa)