Tutup
Headline

Impor, Indikasi Turunnya Kedaulatan Pangan

116
×

Impor, Indikasi Turunnya Kedaulatan Pangan

Sebarkan artikel ini
PERTANIAN ITU PENTING: Edy Suandi Hamid bersama M Mahfud MD. Foto diambil 13 April 2019. (edy/facebook)

YOGYAKARTA, ZonaJogja.Com – Produksi, pangsa, dan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian  di Indonesia tumbuh positif selama pandemi Covid-19.  Pertumbuhan terjadi pada kuartal pertama 2020 hingga awal kuartal tiga 2021.

Pertumbuhan positif di sektor ekonomi tradisional sebagai penyelamat ekonomi nasional.

Advertisiment
Scroll ke bawah untuk berita selengkapnya

“Karena sektor-sektor strategis, seperti industri dan jasa terjun bebas menghadapi wabah,” kata Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta, Prof Dr Edy Suandi Hamid.

Pernyataan itu disampaikan Edy Suandi pada diskusi buku “Pertanian Bantalan Resesi: Resiliensi Sektor Selama Pandemi COVID-19” karya Bustanul Arifin (13/11/2021).

Diskusi diselenggarakan LPM Ekonomika Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.

BACA JUGA: Mahasiswa UWMY Diajari Pahami Efek Gempa terhadap Bangunan

Edy menyatakan, sektor pertanian harus mendapat perhatian khusus. Sektor ini merupakan tempat bergantung sebagian besar masyarakat Indonesia.

Sebanyak 29,8 persen angkatan kerja bekerja di sektor pertanian pada tahun 2020. Sektor ini juga menghasilkan produk pangan.

Jika produksi pangan terganggu, bisa mendorong menaikkan harga. Bahkan, bisa menimbulkan instabilitas politik.

“Dan jika impor, maka negara kita terindikasi  kedaulatan pangan turun. Perut kita tergantung pada negara lain,” katanya.

Membandingkan resesi ekonomi dan politik 1997-1999, Edy menyebut usaha mikro kecil dan menengah menjadi penyelamat ekonomi nasional saat itu.

Sementara resesi ekonomi 2020, yang menjadi pahlawan justru sektor pertanian. Ia mengungkapkan, sektor pertanian yang menghasilkan beras menjadi bagian komoditas ekonomi politik yang berpengaruh terhadap stabilitas pangan dan politik.

“Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto turun jabatan presiden terkait instabilitas harga pangan,” ujarnya.

BACA JUGA: Sejumlah Desa di Karimunjawa Tak Dapat Akses Internet

Sejak masa Presiden Soeharto, Indonesia telah mencanangkan restrukturisasi sektor ekonomi. Strategi yang dilakukan dengan meningkatkan pekerja sektor industri dan jasa untuk meningkatan kesejahteraan rakyat.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Rusli Abdullah menguatkan analisis Edy Suandi Hamid tentang sektor pertanian sebagai penyelamat ekonomi nasional.

Sejak pandemi COVID-19 melandai, sektor pertanian secara mendadak menurun. Para pekerja mulai meninggalkan sektor pertanian.

Para sopir taksi di Jakarta yang semula pulang kampung menjadi petani, kembali menekuni pekerjaan lama. Arus manusia meningkat di perkantoran, industri, menjadi indikasi sektor ekonomi non pertanian bangkit.

“Yang menjadi problem baru, geliat ekonomi yang bangkit melejitkan harga komoditas pangan,” kata Rusli.

Permintaan pengan di berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia,  meningkat. Sementara pekerja pertanian mulai berkurang. Produksi pangan masih terbatas. Otomatis harga pangan di dunia mengalami kenaikan.

“Ini harus diwaspadai, apakah akan melemahkan ketahanan pangan nasional?” ujarnya.

(mkb/asa)

 

.