SLEMAN, ZonaJogja.Com – MPR RI Bersama Pusat Studi Muhammadiyah menyelenggarakan sosialiasi Empat Pilar Bernegara di Rumah Makan Joglo Munggur, Godean, Sleman, 20 Maret lalu.
Menghadirkan narasumber Anggota MPR RI yang juga Ketua Umum PP Tapak Suci, M Afnan Hadikusumo. Juga ada Ketua Pusat Studi Muhammadiyah, Bachtiar D Kurniawan.
Apa yang menarik dari acara ini? Afnan pada awal paparannya menyebutkan, persoalan dan tantangan bangsa Indonesia tidak sedikit. Banyak dan kompleks.
“Tidak mungkin selesai tanpa kolaborasi dan rasa kebangsaan semua anak bangsa,” kata Afnan.
Afnan lantas menyinggung peran Muhammadiyah dalam perjalanan Indonesia. Secara historis, proses berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran berbagai organisasi masyarakat.
Salah satunya adalah Muhammadiyah. Muhammadiyah sejak berdiri tahun 1912 telah berjuang dalam pergerakan kemerdekaan.
“Melalui para tokoh, Muhammadiyah terlibat aktif mendirikan Republik Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945,” katanya.
Setelah Indonesia merdeka, Muhammadiyah semakin berkiprah dalam berbagai pembangunan. Terutama sektor pendidikan dan kesehatan. Pengabdian Muhammadiyah terhadap bangsa dan negera terus berlanjut.
Kata Afnan, khidmat kebangsaan Muhammadiyah didorong keinginan yang kuat agar Indonesia mampu melangkah ke depan sejalan dengan cita-cita kemerdekaan.
Inilah bukti Muhammadiyah ikut “berkeringat” memajukan kehidupan bangsa. Muhammadiyah meyakini Indonesia dapat mencapai tujuan menjadi negara dan bangsa yang berkemajuan.
Yakni, terciptanya kehidupan kebangsaan yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat seperti ditegaskan dalam Pembukaan UUD 1945.
Sementara Ketua Pusat Studi Muhammadiyah Bachtiar D Kurniawan mengungkapkan, Muhammadiyah telah banyak melahirkan tokoh-tokoh nasional yang berkontribusi bagi pencerdasan, kemajuan, dan perubahan kehidupan bangsa Indonesia.
Dari rahim Muhammadiyah, hadir Amien Rais sebagai tokoh reformasi, Syafii Maarif tokoh pluralisme dan kemanusiaan, serta Din Syamsuddin tokoh lintas agama di tingkat nasional sampai internasional.
Kyai Mas Mansyur menjadi tokoh Empat Serangkai bersama Ir Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Hadjar Dewantoro.
Ki Bagus Hadikusumo didukung Kahar Muzakkir dan Kasman Singodimedjo menjadi penentu konsensus nasional penetapan UUD 1945 tanggal 18 Agustus 1945.
Muhammadiyah juga melahirkan Jenderal Soedirman sebagai “bapak” Tentara Nasional Indonesia, sekaligus pendiri Hizbul Wathan atau Kepanduan Tanah Air pada tahun 1918.
Aksi mempertahankan Indonesia dari serbuan kembali Belanda di DIY dan Jawa Tengah juga melahirkan Angkatan Perang Sabil (APS). APS didirikan kader Muhammadiyah.
Presiden Ir Soekarno juga menjadi aktivis Muhammadiyah. Pernah menjadi pengurus Majelis Pendidikan di Bengkulu.
Selain itu, tidak sedikit warga Muhammadiyah yang diangkat menjadi pahlawan nasional. Antara lain Kiai Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah Dahlan.
(aza/asa)