Headline

Pernikahan Dini dan Kehamilan Tak Diinginkan jadi Pemicu Kasus Stunting

142
×

Pernikahan Dini dan Kehamilan Tak Diinginkan jadi Pemicu Kasus Stunting

Sebarkan artikel ini
PENYULUHAN: Upaya menekan terjadinya stunting di Kota Yogyakarta. (humas kota yogyakarta)

YOGYAKARTA, ZonaJogja.Com – Prevalensi stunting di Kota Yogyakarta tahun 2022 turun menjadi 10,80 dibandingkan tahun 2021 sebesar 12,08.

Ditargetkan, menuju zero stunting pada tahun 2024.

Advertisiment
Scroll ke bawah untuk berita selengkapnya

Data bulan Agustus 2022, misalnya. Kasus stunting turun dengan jumlah kasus 1.225 anak dari 14.277 sasaran anak yang dipantau di wilayah.

“Faktor terbesar terjadinya stunting karena pola asuh orang tua terhadap anak yang belum tepat,” terang Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, drg Emma Rahmi Aryani.

Pola asuh menjadi faktor utama penyebab terjadinya stunting. Pola asuh juga disebabkan  banyak faktor, seperti pernikahan dini, dan kehamilan yang tidak diinginkan.

BACA JUGA: Barjo, Penarik Gerobak dari Gedongkiwo yang Dapat Cuan dari Sampah

TEKAN ANGKA STUNTING: Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, drg Emma Rahmi Aryani., dan Kepala Seksi Kesehatan Keluarga, Riska Novriana . (humas kota yogyakarta)

Dinas Kesehatan tak tinggal diam. Ada dua intervensi yang dilakukan untuk menekan angka stunting.

Yakni, intervensi spesifik dan sensitif. Intervensi spesifik sekitar 30 persen. Sementara 70 persen merupakan peran lintas sektor bekerja sama dengan OPD lain.

“Pada intervensi spesifik, memantau remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita,” ujar Emma.

Kepala Seksi Kesehatan Keluarga, Riska Novriana menambahkan, intervensi spesifik  masuk dalam tata laksana penanganan di setiap puskesmas. Sementara intervensi sensitif ada di wilayah yang ditangani Tim Percepatan Penurunan Stunting.

Tim terdiri tenaga kesehatan, kader PKK, dan kader KB. (*)