SLEMAN, ZonaJogja.Com – Sulitnya seleksi dan proses program pendidikan dokter spesialis menjadi hambatan bagi dokter yang ingin meneruskan pendidikan.
Negara harus bisa melihat pentingnya dokter spesialis bagi masyarakat.
“Sama halnya dengan produksi tenaga militer. Perlu penanganan berbeda dibandingkan pendidikan lain. Karena ini terkait langsung dengan keselamatan masyarakat dan bangsa,” kata Prof Dr dr Herkutanto SpF(K) SH LLM dari UGM.
Herkutanto menyampaikan pandangan ini pada webinar bertajuk Urgensi Pendidikan Terintegrasi untuk Pemerataan Pelayanan Kesehatan di UGM (8/4/2023).
Membahas upaya mendorong pemerataan tenaga medis di Indonesia, khususnya dokter spesialis dan gigi.
BACA JUGA: Puluhan Buruh Gendong Pasar Beringharjo Mengaji di Siang Bolong, Pakai Metode Iqra dan Kibar
Webinar ini juga membahas berapa wilayah kekurangan tenaga medis. Sementara wilayah lain mengalami over supply.
Penyebabnya antara lain kurangnya ketertarikan tenaga medis ke daerah terpencil.
Sementara itu, Prof Dr dr Ratna Sitompul SpM(K) mengatakan sektor pendidikan memiliki peran penting menghadapi tantangan kesehatan di Indonesia.
Pemenuhan tenaga medis maupun tenaga kesehatan bukan merupakan tanggung jawab Kemendikbud Ristek.
“Ada tiga sektor penting yang saling terintegrasi,” kata Ratna selaku selaku representasi Pokjanas Academic Health System.
BACA JUGA: Berbagi di Bulan Ramadan, Lestari Wisata Jogja Ajak Anak Tuna Netra Ngabuburit
Perguruan tinggi menjadi pilar utama menanggulangi permasalahan pelayanan kesehatan di wilayah yang belum memiliki aksesibilitas memadai.
Ratna dan Herkutanto mengingatkan perlu dipertimbangkan kembali dampak rancangan undang-undang Omnibus Law, terutama terkait penyelesaian probematika.
“Kami berharap Fakultas Kedokteran membantu fakultas kedokteran lain yang belum memiliki spesialisasi karena keterbatasan. Sehingga, produksi tenaga kerja, khususnya dokter spesialis, dapat meningkat,” kata Ratna. (*)