SLEMAN,ZonaJogja.Com – Sampai hari ini, belum ada obat mengatasi Lumpy Skin Dease (LSD) atau lato-lato pada ternak sapi dan kerbau.
Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Misalnya diberi antibiotik untuk mengurangi infeksi sekender.
“Tersedia vaksin untuk mencegah. Tapi untuk sapi yang tidak terinfeksi oleh virus LSD,” terang Guru Besar Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Prof drh Widya Asmara SU PhD seperti dilansir ugm.ac.id (22/5/2023).
Atau bisa juga melakukan biosekuriti yang baik. Misalnya meningkatkan kebersihan kandang, memberantas serangga penular seperti nyamuk, kutu, dan caplak.
BERITA LAIN: Ketua PHRI DIY Minta Penjabat Walikota Optimalkan Dinas Pariwisata
Lalu, membersihkan virus pun dengan mencampurkan larutan seperti ether (20 persen), kloroform, formalin (1 persen), fenol (2 persen selama 15 menit), natrium hipoklorit (2-3 persen), senyawa yodium (pengenceran 1:33) dan senyawa amonium kuaterner ( 0,5 persen).
Seperti diketahui, penyakit lato-lato pada ternak sapi semakin menyebar. Informasi terakhir, ditemuka kasus ini di 17 kapanewon di Kabupaten Gunungkidul.
Penyakit lato-lato disebabkan infeksi virus LSD. Gejala yang timbul bervariasi, mulai ringan sampai berat.
Gejala umum diawali demam, diikuti dengan keluarnya ingus maupun leleran dari konjungtiva mata.
BERITA LAIN: Sejak Diluncurkan 2 Tahun Lalu, Kuncie Diunduh 1 Juta Kali di Google Play Store
Muncul bintik-bintik pada kulit dengan diameter 2 hingga 5 cm. Berbatas jelas, tersebar di daerah leher, punggung, perineum, ekor, tungkai dan organ genital.
Tanda lain, hewan pincang dan kurus. Sedangkan pada sapi perah akan terjadi penghentian produksi susu.
Penyebab penyakit ini adalah virus LSD. Menular langsung melalui keropeng kulit, leleran dari hewan sakit.
Sedangkan penularan tidak langsung dapat melalui peralatan yang tercemar virus, pakan dan minuman tercemar, ataupun melalui gigitan vektor.
Angka kematian bervariasi. Sangat tergantung pada kondisi ternak dan ada tidaknya serangga penular, seperti nyamuk, kutu, dan caplak.
BERITA LAIN: Sejak Diluncurkan 2 Tahun Lalu, Kuncie Diunduh 1 Juta Kali di Google Play Store
“Pada umumnya angka kesakitan dapat mencapai 10 persen, dan mortalitas atau angka kematian 1 – 3 persen,” jelas Widya.
Widya menegaskan, karkas dari hewan yang menunjukkan lesi kulit bersifat lokal-ringan, dan tidak ada demam, harus dibuang.
Tidak layak dikonsumsi. Harus dimusnahkan. Sedangkan bagian yang tidak ada lesi bisa dikonsumsi setelah dimasak dengan pemanasan yang baik.
Widya menegaskan karkas yang berasal dari hewan dengan kasus akut atau parah dilarang dikonsumsi. (*)