ZonaJogja.Com – Ada tradisi jaman purba yang masih dilestarikan penduduk Desa Watulawang, Pejagoan, Kebumen, Jateng.
Tradisi itu bernama Palakiyah. Sejak tahun 2019, Palakiyah digelar secara besar-besaran.
Ratusan orang menyaksikan prosesi Palakiyah yang digelar Kamis (27/7/2027) kemarin.
Diawali ziarah ke makam leluhur di puncak Bukit Watulawang, dan slametan berupa kenduri tumpeng.
Dilanjutkan penyembelihan kambing kendit oleh tetua adat. Dagingnya dimasak ibu-ibu.
BERITA LAIN: Sehat Ala Lotek Bu Darso, Jadi Pilihan Penyuka Makanan Sayur
Kirab Palakiyah diberangkatkan dari rumah kepala Desa Watulawang. Rutenya menuruni bukit menuju batas desa.
Setiba di batas desa, dilakukan doa mantra dan kenduri. Dipimpin juru kunci makam Watulawang.
Kirab membawa kepala kambing kendit (memiliki sabuk melingkar tanpa putus pada perutnya).
Sementara kepala wedus kendit ini ditanam di batas desa.
“Watulawang ini tak memiliki apa-apa. Tidak seperti desa lain, tanah bengkok dan lungguh pun tak punya. Tapi kami memiliki akar tradisi sejarah leluhur yang terjaga,” kata Kades Watulawang, Wasita didampingi Ketua Panitia Palakiyah, Juni Setyadi.
BERITA LAIN: Awas, Anak Muda Rentan Alami Gangguan Kesehatan Mental
Fasilitator kegiatan, Wahjudi Djaja SS MPd memberi apresiasi kepada kegigihan masyarakat.
“Watulawang pusat peradaban kuna,” kata Wahjudi yang sehari-harinya dosen STIE Pariwisata API Yogyakarta.
Makam Kuwu Watulawang berpola punden berundak. Di tempat ini, jejak sejarah purbakala bertebaran.
Juga ada hamparan sisa erupsi jutaan tahun yang membentuk lanskap yang indah.
“Ini modal kita untuk bergerak dan membangun,” kata Wahjudi yang juga ketua Umum Alumni Sejarah Universitas Gadjah Mada (KASAGAMA).
BERITA LAIN: Siap-Siap Pensiun, Mantan Penjabat Walikota Bilang Begini
Tokoh muda Muhammdiyah Kebumen, dr Fauzi Alauddien Reza Mardhika mengatakan, tidak setiap desa memiliki tradisi yang memiliki akar sejarah yang kuat.
“Saya mendorong pemerintah daerah melakukan identikasi dan pendokumentasian tradisi untuk dikembangkan. Sehingga menjadi identitas desa,” kata Fauzi.
Sedangkan budayawan muda Kebumen, Ravie Ananda SPd mengatakan, Watulawang merupakan geoheritage berbasis sejarah yang kuat.
Watulawang adalah produsen genitri yang banyak dicari umat Budha dari beberapa negara.
Tempat ini juga penghasil tembakau tali abang yang legendaris. (*)
Kontributor: Wahjudi Djaja