Headline

Banyak Wanita Kesepian dan Stres di Semanu, Ini Penyebabnya

351
×

Banyak Wanita Kesepian dan Stres di Semanu, Ini Penyebabnya

Sebarkan artikel ini
KELOLA STRES: Mahasiswa UMBY menggelar psikoedukasi di di Padukuhan Trukan Ngampo, Pacarejo, Kemantren Semanu, Gunungkidul. (ist)

ZonaJogja.Com – Bagaimana menghentikan emosi negatif ? Pertanyaan ini menjadi tema psikoedukasi di  di Padukuhan Trukan Ngampo, Pacarejo, Kemantren Semanu, Gunungkidul.

Acara ini diselenggarakan mahasiswa KKN Kelompok 47 Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY), 6 Agustus lalu. Diikuti 100 orang.

Advertisiment
Scroll ke bawah untuk berita selengkapnya

Kepala Dukuh  Trukan Ngampo,  Rumino mengungkapkan banyak lansia kesepian ditinggal anaknya merantau di luar kota.

Mereka yang mengaku kesepian kebanyakan wanita yang tak lagi bersuami.

“Informasi itu menjadi alasan perlunya membangun kualitas kesehatan mental di kalangan wanita lansia,” kata Penanggung Jawab Kegiatan, Mia Khoirun Nisa.

BERITA LAIN: UMBY Makin Besar, Fasilitas Kuliah Melimpah, Mahasiswa Terus Bertambah

Mia mengatakan kegiatan psikoedukasi merupakan penyuluhan mengelola stres.

Warga memperoleh ilmu mengelola gangguan kesehatan mental, seperti stres, kesepian dan permasalahan lain yang dihadapi para wanita.

Kata Mia, stres merupakan kondisi yang dialami seseorang saat merasa tidak mampu mengatasi tuntutan atau tekanan.

Stres dibagi menjadi dua. Yakni, stress ego-evolved dan stress ego-involved. Stress ego-evolved  tidak sampai mengancam kebutuhan dasar.

“Ini stres kecil-kecilan,” ujar Mia.

Sedangkan ego involved merupakan stres yang mengancam kebutuhan dasar serta integritas kepribadian seseorang.

Ego-involved membutuhkan penanganan yang benar dan  komprehensif. Pasalnya, stres bisa berakibat menurunnya kondisi kesehatan.

BERITA LAIN: Andong Saparan Festival, Menjaga Tradisi di Lereng Gunung Andong

PENGABDIAN: Mahasiswa KKN Kelompok 47. (ist)

Lalu berkepanjangan sampai sakit kepala dan gangguan pencernaan. Dari aspek psikologis, mengalami gejala kognisi, gejala emosi, dan gejala tingkah laku.

Solusinya, yang bersangkutan harus berpikir positif, menerapkan hidup sehat, tidur yang cukup, melakukan kegiatan yang menyenangkan, relaksasi, dan meditasi.

Warga bernama Warti mengaku senang mengikuti psikoedukasi, termasuk meditasi.

Meditasi bisa mengurangi ketegangan fisik dan rasa kaku pada tubuh. Membantu menenangkan pikiran yang cenderung gelisah.

Membantu meredakan gejala kecemasan dan depresi, serta meningkatkan suasana hati.

Dosen Pembimbing KKN, Abdul Hadi MPd berharap psikoedukasi  membantu warga yang mengalami gejala stress.

“Kegiatan ini sekaligus menjadi gerakan preventif menghadapi penyebab stress,” kata Hadi. (*)