tutup
Headline

IKADI DIY Latih Puluhan Orang, Targetnya Bisa Lakukan Hisab Rukyat

324
×

IKADI DIY Latih Puluhan Orang, Targetnya Bisa Lakukan Hisab Rukyat

Sebarkan artikel ini
ILMU HISAB RUKYAT: Pelatihan bukan bertujuan mendukung lembaga tertentu dalam menentukan awal Ramadan atau Syawal, melainkan sarana edukasi dan pemahaman perbedaan. (istimewa)

ZonaJogja.Com  – Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Daerah Istimewa Yogyakarta menyelenggarakan Pelatihan Hisab Rukyat.

Acara yang digelar di Ruang Sidang DPRD DIY, hari ini (9/2/2025), diikuti 60 peserta dari Kota Yogyakarta, Sleman, Bantul, Kulon Progo dan Gunungkidul.

Pelatihan bertujuan meningkatkan pemahaman dan keterampilan peserta melakukan hisab rukyat, metode pengamatan bulan untuk menentukan awal bulan dalam kalender Islam.

“Harapannya, pelatihan dapat memperkuat kesadaran masyarakat mengenai pentingnya hisab rukyat dalam menentukan waktu ibadah,” kata Ketua IKADI DIY, Ustadz Endri Nugraha Laksana MH.

Ilmu hisab dan rukyat sangat penting, meskipun kurang diminati masyarakat, termasuk mahasiswa.

BERITA LAIN: Telkomsel Latih Guru di Kebumen Gunakan skul.id, Manfaatkan AI dan TikTok sebagai Sarana Mengajar

Padahal, ilmu hisab atau astronomi memiliki perhitungan yang kompleks, sehingga tidak banyak yang tertarik mendalami.

Selama ini, perbedaan penentuan awal Ramadan sering  memicu perdebatan.

Ada yang berpegang pada metode hisab, ada yang menggunakan rukyat. Sayangnya, banyak yang berdebat tanpa memahami ilmu.

Itulah sebabnya, IKADI terpanggil menyelenggarakan pelatihan agar peserta bisa memahami dan menjelaskan alasan di balik perbedaan.

Apa itu hisab? Hisab  adalah metode astronomi berbasis perhitungan matematis dan fisika untuk menentukan awal bulan hijriah.

Sedangkan rukyat mengharuskan pengamatan langsung terhadap hilal.

BERITA LAIN: The Best of Times, Lagu tentang Rasa Hormat Anak kepada Ayah, Kisahnya Mengharukan

“Tidak semua orang bisa melakukan rukyat. Karena diperlukan pengetahuan yang mendalam serta kejujuran dalam pengamatan,” ujar Ustadz Endri.

Misalnya,  jika hilal tidak terlihat di Yogyakarta, tetapi terlihat di Jakarta, maka menjadi pertimbangan.

Kata Ustadz Endri, metode hisab dan rukyat semakin terintegrasi kerjasama antara Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).

MABIMS mengombinasikan hisab dan rukyat. Hisab menentukan ketinggian bulan minimal 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.

“Jika memenuhi kriteria bulan baru, maka rukyat dilakukan sebagai verifikasi,” terang Ustadz Endri.

Metode Pelatihan

Pelatihan ini menggunakan metode hisab di ruang pelatihan, sedangkan rukyat dilakukan di Parangtritis.

Pelatihan bukan bertujuan mendukung lembaga tertentu dalam menentukan awal Ramadan atau Syawal, melainkan sarana edukasi dan pemahaman perbedaan.

Setelah memahami ilmu hisab dan rukyat, peserta diharapkan tidak  menentang hitungan pemerintah atau lembaga lain seperti Kemenag, Muhammadiyah, dan NU.

“Harus tetap menghormati keputusan. Intinya, kami tidak membuat fatwa baru. Cukup memahami ilmunya dan menyikapi perbedaan dengan bijak,” ujarnya.

BERITA LAIN: Sukseskan Sport Tourism, Dispar Kulon Progo Kirim Tim Sambanggo Ikuti Kejurnas Bola Voli

Pelatihan dibuka  Kepala Bidang Urusan Agama Islam (URAIS) Kemenag DIY, Drs H Sa’ban Nuroni MA.

Narasumber Ustadz Endri Nugraha Laksana MH dan Dr Ing Rinto Anugraha SSi MSi, pakar astronomi dari Universitas Gadjah Mada.

Selain memperoleh teori, peserta melakukan praktik hisab rukyat menggunakan aplikasi Accurate Time 5.7. (*)