YOGYAKARTA – Pemkot Yogyakarta konsentrasi menurunkan mobilitas di permukiman penduduk. Juga intens menangani kasus C19 ringan atau orang tanpa gejala (OTG).
Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi beralasan penyekatan sejumlah jalan di tempat umum menurunkan mobilitas warga hingga 60 persen.
“Tetapi dilihat dari pemukiman, penurunan mobilitas terjadi 9 persen. Itu berarti tingkat mobilitas di permukiman masih signifikan terjadinya penukaran C19,” terang Heroe kepada wartawan, sore tadi (3/8/2021).
Padahal, kecenderungan kasus penukaran C19 melalui kontak erat di rumah dan perkantoran. Virus corona varian Delta memungkinkan terjadinya penularan di rumah dan perkantoran.
BACA JUGA: Waduh, Pasien COVID-19 Meninggal Dunia di DIY Naik Lagi
Itulah sebabnya, penanganan difokuskan penyekatan dan pemisahan kasus positif di pemukiman.
Heroe meminta posko dan satgas kelurahan dan kemantren bisa menangani kasus baru secara terintegrasi. Secepatnya dilakukan isolasi di shelter kota maupun shelter wilayah.
Sehingga pasien yang negatif tidak tertular dalam satu rumah atau satu ruangan. Satgas kelurahan dan posko setempat diminta melakukan penyekatan jalan atau gang kampung.
Sehingga penularan yang terjadi di pemukiman bisa ditekan.
“Pada pemberlakuan PPKM Level 4 ini, juga dilakukan pembatasan akses untuk pemukiman yang kasusnya masuk kategori orange, merah, ada pertumbuhan kasus, atau mobilitas tinggi,” kata Heroe.
BACA JUGA: Bantu Penanganan Wabah COVID-19, UMBY Buka Layanan Kendaraan Ambulans 24 Jam
Saat ini terdapat 235 RT yang melakukan penyekatan akses jalan keluar masuk. Ketika ada pertumbuhan kasus karena kontak erat, posko dan satgas kelurahan langsung membuat penyekatan.
“Dengan menggeser pembatasan mobilitas di perkampungan, penurunan kasus baru bisa ditekan lebih cepat,” lanjutnya.
Pemkot Yogyakarta juga mengoptimalkan monitoring terhadap pasien isolasi mandiri. Membagikan multivitamin, obat dan makanan dua kali sehari kepada pasien. (aza/asa)