Tutup
Profil

Edy Suandi Hamid: Darah Saya Tetap Aktivis

140
×

Edy Suandi Hamid: Darah Saya Tetap Aktivis

Sebarkan artikel ini
EDY SUANDI HAMID: Aktivis menjadi modal menjadi pemimpin. (mukijab)

YOGYAKARTA, ZonaJogja.Com – Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta, Prof Dr Edy Suandi Hamid memiliki kenangan tersendiri ketika berada di kampus.

Ia mengaku jiwa kemahasiswaan terus melekat dalam benaknya. Ia selalu merasa masih sebagai aktivis mahasiswa.

Advertisiment
Scroll ke bawah untuk berita selengkapnya

Maklumlah, profesor ahli ekonomi pembangunan ini pernah menjadi ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada pada tahun 1983.

“Sampai detik, jiwa saya masih seorang aktivis. Darah saya tetap aktivis,” kata Edy Suandi Hamid.

Itulah sebabnya, jiwanya sebagai aktivis membuat professor Edy Suand selalu meluangkan waktu menghadiri berbagai acara  yang diselenggarakan para aktivis mahasiswa.

“Saya selalu bersemangat ketika diminta bicara di depan aktivis mahasiswa. Kalau diundang, saya selalu mengalokasikan waktu untuk datang,” katanya.

Ungkapan itu disampaikan saat berpidato pada pelantikan pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UWM, 2021-2022, 23 Desember lalu. Ia hadir bersama Wakil Rektor III UWM Puji Qomariyah SSos MSi.

Bagi Edi Suandi, memimpin organisasi kampus merupakan modal menjadi pemimpin besar di masa depan.

Pria kelahiran Muara Enim, Sumsel tahun 1957 ini mengaku  tidak pernah lulus nilai tertinggi. Tetapi memimpin orang-orang hebat yang lulus dengan predikat cum laude.

Saat menjadi rektor Universitas Islam Indonesia  pada  tahun 2006-2010 dan 2010-2014, ia memimpin sekitar seribu dosen alumni dari seluruh perguruan tinggi di dunia.

Ada alumni Amerika, Inggris, Jerman, Australia. Edy juga pernah menjadi ketua Forum Rektor Indonesia (2008-2009), menjadi ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (2009-2018),  ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (2011-2015).

Agar aktivis menjadi pemimpin masa depan, Edy mengajak mahasiswa jangan sekadar bangga berlabel pengurus organisasi kemahasiswaan.

Mahasiswa harus menghayati sikap, etika dan nilai-nilai. Misalnya sikap disiplin.

Disiplin waktu dan belajar berargumen dan tidak asal bicara adalah bagian proses menjadi pemimpin masa depan.

 

(mkb/asa)