SLEMAN, ZonaJogja.Com – Ini cerita tentang Tapak Suci di masa lalu. Pada zaman penjajahan, pencak silat dibatasi.
Tidak setiap orang boleh mempelajari. Belanda juga mengontrol ketat pengajaran pencak silat.
“Karena Belanda takut jika pencak silat tersebar dan dapat digunakan sebagai alat perlawanan,” kata Anggota MPR RI yang juga Ketua PP Tapak Suci Muhammadiyah, M Afnan Hadikusumo pada acara Sosialisasi Empat Pilar Bernegara dan Milad Tapak Suci ke-59 di Aula LPMP Kalasan, Sleman (31/7/2022).
Akibatnya, pencak silat diajarkan secara rahasia. Padahal, pencak silat memiliki empat aspek utama.
Pertama, aspek mental spiritual yang membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter seseorang.
Sentuhan pendidikan pencak silat yang dimulai dari tingkat dasar sangat membantu pembentukan kader bangsa yang berjiwa patriotik, berkepribadian luhur, disiplin, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kedua, aspek seni budaya dan permainan seni untuk mengembangkan seni yang indah dalam gerak yang serasi dan dilandasi rasa cinta kepada budaya bangsa.
Ketiga, aspek bela diri yang bertujuan mengembangkan bela diri yang terampil dalam gerak efektif.
Menjaga keselamatan atau kesiagaan fisik dan mental yang dilandasi sikap kesatria, tanggap, dan mengendalikan diri.
Keempat, aspek olah raga. Pesilat menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Termasuk mengembangkan kompetisi.
Artinya, olah raga bisa dipertandingkan dalam bentuk perorangan atau regu.
“Empat aspek ini juga ada pada Perguruan Seni Beladiri Tapak Suci Muhammadiyah,” jelas Afnan.
Pada era global sekarang ini, Tapak Suci dituntut bisa menyesuaikan diri dengan kondisi dan tantangan jaman.
Jika musuh utama bangsa Indonesia jaman dulu adalah penjajah, Tapak Suci saat ini harus bisa menjadi katalisator persatuan bangsa Indonesia.
BACA JUGA:
- Dosen UGM Sebut Tata Kelola Dunia Digital Timpang Sebelah, Apa Maksudnya?
- 198 Peserta Ikuti Lomba eSport Telkomsel, Siapa Pemenangnya?
- Telkomsel Percepat Pengalihan Jaringan ke 4G/LTE, Pelanggan Digembirakan
Afnan menegaskan, Tapak Suci bukan saja menjadi warisan budaya bangsa Indonesia.
Tetapi sudah menjadi kekayaan dunia. Dibuktikan semakin berkembangnya Tapak Suci di 22 negara.
“Dengan pesatnya perkembangan Tapak Suci, menjadi kewajiban para pengurus selalu meningkatkan kualitas anggota menjadi atlit dunia,” ujarnya.
Wakil Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang membidangi Organisasi Otonom, Drs H Dahlan Rais Mhum berharap Tapak Suci dapat menjadi pemersatu bangsa.
Berada di garda terdepan menjaga NKRI dari pengaruh budaya yang merusak generasi muda.
Pendekar Besar, Drs H Ahmad Jam’an menegaskan Tapak Suci memiliki peran penting merajut kebinekaan di tengah keberagaman.
Pendekar, kader, dan siswa Tapak Suci harus memiliki pandangan konstruktif pada era globalisasi dan disrupsi.
(aza)