KARANGANYAR, ZonaJogja.Com – Terminal Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Tempat satu ini menjadi kenangan bagi banyak orang, termasuk bagi para pendaki tahun 1990an.
Terminal Tawangmangu merupakan terminal penumpang tipe B di lereng Gunung Lawu. Terminal bus berhawa sejuk yang menghubungkan penumpang ke berbagai wilayah di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Barat.
Ada yang turun di Terminal Matesih, Terminal Karangpandan atau Terminal Tirtonadi, Solo.
Terminal ini juga menjadi tempat pemberangkatan bagi masyarakat yang ingin bepergian ke Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi dan Banten.
BACA JUGA: Dirugikan, LPS Gugat Mantan Pengurus dan Pemegang Saham Bank di DIY
Terminal Tawangmangu juga menjadi tujuan bagi masyarakat yang berdagang di Pasar Tawangmangu. Juga menjadi pemberhentian masyarakat yang ingin berlibur ke Tawangmangu.
Pada tahun 1990an, lokasi yang banyak dikunjungi adalah Grojogan Sewu.
Pada era 90an, Terminal Tawangmangu juga menjadi tujuan akhir bagi para pendaki yang datang dari arah Barat.
Terminal yang selalu ramai ini menyimpan kenangan tersendiri bagi para pendaki.
Mereka adalah para pendaki yang tinggal di berbagai kota di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Barat.
Tujuannya mendaki puncak Gunung Lawu. Setelah turun di Terminal Tawangmangu, pendaki meneruskan perjalanan menuju basecamp pendakian Gunung Lawu.
BACA JUGA: Eyang Kakung dan Mobil Putih | Cerpen oleh: Dandung Nurhono
Ada yang mendaki melalui jalur Cemoro Kandang di Karanganyar, Jawa Tengah. Ada pula yang menuju puncak Gunung Lawu melalui Cemoro Sewu, Magetan, Jawa Timur.
“Masih ada pendaki yang turun di sini,” kata Gomang, pemilik warung makan di Terminal Tawangmangu.
Menurut pengamatan Gomang, penumpang bus tidak sebanyak tahun 1990an. Penyebabnya tak lain karena hampir semua masyarakat yang ingin mengunjungi wisata Tawangmangu sudah memiliki kendaraan.
Begitu pula pendaki. Mereka rata-rata mengendarai sepeda motor menuju Cemoro Kandang atau Cemoro Sewu.
Tiga puluh tahun lalu, para pendaki menuju Tawangmangu dari Terminal Tirtonadi, Solo. Ada yang dari arah DIY dan Jawa Barat. Ada pula dari Jawa Tengahbagian utara dan Jawa Timur.
Angkutan umum yang populer waktu itu adalah bus Langsung Jaya, Putra Lawu, Putri Sahabat, Rukun Sayur dan Setia Usaha.
BACA JUGA: Deklarasi, Pegiat Tribute to 3 Komponis Bangsa Minta Pemerintah Bangun Museum Musik Kebangsaan
Pendaki datang dalam jumlah banyak. Itulah sebabnya, setiap akhir pekan, bus yang berangkat ke Terminal Tawangmangu selalu dipenuhi pendaki.
Mereka membawa tas ransel dengan aksesoris mendaki. Perjalanan dari Terminal Tirtonadi hingga Tawangmangu membutuhkan waktu sekitar 1 jam.
Setelah turun dari terminal, mereka naik angkutan “kocokan” ke Cemoro Kandang atau Cemoro Sewu.
Tiga puluh tahun lalu, keramaian Terminal Tawangmangu hampir setiap jam. Bahkan, menjelang matahari terbenam, masih terlihat aktivitas menurunkan penumpang.
Pendaki yang menumpang bus tidak seramai dulu. Namun, Terminal Tawangmangu menyimpan kenangan tersendiri bagi para pendaki Gunung Lawu. (*)