SLEMAN, ZonaJogja.Com – Apakah sering merasa cemas terhadap pendapat orang lain? Bisa jadi Anda mengalami Fear of Other People’s Opinions (FOPO).
FOPO sedang menjadi fenomena. Bahkan, fenomena ini menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat.
“Penggunaan media sosial menjadi salah satu pemicu orang-orang mengalami FOPO,” kata Psikolog UGM, T Novi Poespita Candra SPsi MSi PhD Psikolog.
BERITA LAIN: UNY Gelar Festival Dalang Cilik, Peserta Termuda Kelas 2 SD
Melalui media sosial, pendapat orang semakin terbuka. Kesan terbuka, meskipun ada beberapa orang yang selalu khawatir dengan pendapat orang lain.
Misalnya, diskusi terkait parameter kesuksesan bagi anak muda. Anak muda dianggap sukses jika di usia 20 tahun memiliki penghasilan.
Akhirnya anak muda membandingkan diri. Sudah usia 30 tahun tetapi belum ada bisnis sendiri.
Mulai insecure karena hidup tidak sesuai harapan kebanyakan orang.
Novi mengatakanFOPO di Indonesia dibentuk budaya dan pendidikan. Budaya feodalisme dan konfromitas berkontribusi kuat terhadap terbentuknya FOPO.
BERITA LAIN: Promosi Album Prologue, Stereo Wall Tour 5 Kota
Orang-orang Indonesia menjadi lebih mementingkan pendapat atau pikiran orang lain tentang dirinya, dibandingkan pendapat sendiri tentang diri.
“Rata-rata orang Indonesia sekarang mengalami FOPO. Takut dinilai jelek, salah, dan gagal,” ungkap Novi seperti dilansir ugm.ac.id.
Ketakutan terhadap pendapat orang lain bisa mengakibatkan gangguan kecemasan sosial.
Efeknya, bisa memunculkan dampak negatif bagi kesehatan mental, seperti mudah stres apabila mengalami kegagalan.
Bagaimana mencegah tidak menjadi FOPO? Cara yang bisa dilakukan dimulai dari pendidikan di rumah dan sekolah.
BERITA LAIN: Sambut Pemilu 2024, Forum 2045 Ingin Politik Bermartabat
Ekosistem pendidikan dibuat agar anak-anak bisa tumbuh dengan percaya diri.
Bila anak-anak memiliki rasa percaya diri yang baik, akan tumbuh menjadi pribadi utuh dan mandiri.
Jika anak tidak memiliki percaya diri yang baik, sebagian hidupnya dipenuhi emosi negatif, seperti malu, cemas, khawatir, dan tidak ada harapan.
Bagi yang telanjur mengalami FOPO, disarankan mengatasi melalui pendekatan kognitif.
“Misalnya berdialog terkait mengapa tidak berani memutuskan, efeknya apa, manfaat maupun kerugian jika seperti itu dan lainnya,” ujar Novi. (*)