Kulon Progo, ZonaJogja.Com – Ada masjid yang menjadi peninggalan Sunan Kalijaga tatkala singgah di Kabupaten Kulon Progo.
Namanya Masjid Kedondong yang kemudian terkenal dengan nama Masjid Jami’ Sunan Kalijaga. Berjarak sekitar 30,3 kilometer dari Kraton Yogyakarta.
Lokasinya di Dusun Semaken 1, Kalurahan Banjararum, Kapanewon Kalibawang. Masjid berdiri sekitar 150 meter di sebelah timur Sungai Tinalah.
Masjid berukuran sekitar 64 sentimeter per segi ini dibangun tahun 1477 Masehi.
Sejarah berdirinya Masjid Kedondong merujuk prasasti yang berada di sudut timur-selatan masjid.
BERITA LAIN: AMSI Nyatakan Intimidasi terhadap Jurnalis Sudah Mengkhawatirkan
Prasasti yang dibuat dari batu marmer terdapat logo Kraton Yogyakarta. Di bawahnya tertulis Masjid Sulthoni “Sunan Kalijaga” Kedondong, Berdiri Tahun 1477 M oleh Adipati Teroeng / Panembahan Bodho atas Perintah Sunan Kalijaga.
Di barisan bawahnya tertulis tanggal 27 Muharram 1430 H bertepatan tanggal 24 Januari 2009 yang ditandatangani GBPH H Joyokusumo.
“Usianya lebih tua dua tahun dari Masjid Demak yang dibangun Raden Patah,” tutur Pengurus Takmir Masjid Sunan Kalijaga, Qosim kepada ZonaJogja.Com, hari ini (29/3/2025).
Keberadaan Masjid Sunan Kalijaga juga jauh lebih tua dibandingkan berdirinya Keraton Yogyakarta.
Berdasarkan literasi sejarah, Keraton Yogyakarta didirikan Sultan Hamengku Buwono I tahun 1755. Pembangunan keraton dimulai 9 Oktober 1755, selesai 7 Oktober 1756.
Saat ini, Masjid Kedondong berusia 548 tahun. Sementara Keraton Yogyakarta berusia 269 tahun.
BERITA LAIN: PHRI Bersih-Bersih Malioboro, Tunggu Tsunami Wisatawan di Yogyakarta
Kisah berdirinya Masjid Kedondong bermula ketika Sunan Kalijaga didampingi Adipati Teroeng atau Panembahan Bodho syiar agama Islam di Jawa bagian Selatan.
Adipati Teroeng adalah salah satu murid Sunan Kalijaga. Tatkala istirahat di pinggir Sungai Tinalah, Sunan Kalijaga memberi perintah kepada Adipati Teroeng untuk membangun masjid.
Sunan Kalijaga yang bernama Raden Said menancapkan tongkat di dekat Sungai Tinalah sebagai penanda lokasi pembangunan masjid.
Konon ceritanya, tongkat yang ditancapkan Sunan Kalijaga berubah menjadi pohon Angsana. Sampai hari ini, pohon ini berdiri kokoh setinggi kurang lebih 50 meter.
Setelah itu, Sunan Kalijaga meninggalkan Adipati Teroeng, melanjutkan perjalanan menuju Demak, Jawa Tengah.
BERITA LAIN: Danamon Kerjasama dengan Panasonic dan Kayaba, Fasilitasi 1.400 Karyawan Pulang Kampung Halaman
Adipati Teroeng baru membangun setelah menggeser lokasi masjid sejauh 100 meter di timur sungai.
Singkat cerita, pembangunan masjid selesai. Masjid Kedondong dikelola Kerajaan Demak. Selanjutnya digunakan untuk ibadah warga yang telah memeluk agama Islam.
Waktu terus berjalan. Masjid Kedondong pun dikelola Keraton Yogyakarta. Dikirimlah Kiai Muhtarom menjadi imam masjid.
Selain masjid yang berusia hampir 5 abad, juga ada Bedug yang telah berusia ratusan tahun. Konon, bedug ini dibawa perempuan dari Srandakan bernama Nyai Dasik.
“Tapi, jangan tanya tahun berapa dibawa ke sini. Lalu pakai apa. Saya tidak bisa menjawab,” kata Qosim.
Saat ini, pengurus takmir sedang memikirkan atap masjid yang telah berusia hampir 5 abad. Kondisinya sudah miring. Rapuh. Berpotensi hancur.
Ia berharap pemerintah atau instansi terkait bisa mengamankan atap masjid.
“Syukur dibuat replika. Lalu, yang asli disimpan,” kata Qosim. (*)