BANTUL – Waria yang tinggal di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah dilatih membuat wayang hasil daur ulang sampah plastik berbasis QR code.
Pondok pesantren ini berada di Dusun Calenan, RT 9/RW 2, Jagalan, Banguntapan, Bantul.
Tentor pelatihan berasal dari Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Wansaplas UGM.
Tim terdiri Leony Vita Artanti (FTP), Muhammad Najmi Mumbada (FTP), Roykhana Purwita (FTP), dan Al-Viyah Rahmaidah (FMIPA).
Sedangkan dosen pembimbing Dra Eko Tri Sulistyani MSc. Leony mengungkapkan, waria sering mendapatkan diskriminasi.
BACA JUGA: Jenis Kelamin Transgender di KTP Sesuai Kodrat Kelahiran, tapi Foto Boleh Seperti Perempuan
Mereka kesulitan mendapatkan lapangan pekerjaan yang wajar. Lalu, muncul ide memberdayakan waria.
“Pelatihan ini bisa bernilai ekonomi. Juga bisa mengatasi sampah plastik yang cukup banyak di lingkungan,” kata Leony seperti dikutip ugm.ac.id.
Pembuatan wayang dari sampah kantong plastik berbasis QR code ini akan diwujudkan melalui kegiatan wirausaha bagi masyarakat mitra.
Media wayang dipilih karena bersifat interaktif. Dapat melatih kemampuan public speaking.
Produk ini akan dipasarkan melalui media sosial dan market place.
Materi pelatihan meliputi tahap persiapan, produksi, hingga tahap pemasaran. Pelatihan dilakukan secara daring.
BACA JUGA: Tunggu Perizinan, VSC Road Race 2021 Bakal Digelar di Mandala Krida
Sedangkan pelatihan luring dilakukan secara langsung di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah dengan menerapkan protokol kesehatan.
Dosen pembimbing, Dra Eko Tri Sulistyani MSc mengungkapkan program pelatihan dapat menggali ide kreatif para waria.
Jika pelatihan ditekuni akan berpotensi menjadi peluang usaha yang menarik. Waria juga berpotensi menjadi pendongeng.
Ketua Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta, Sinta Ratri, mengapresiasi gagasan yang dikembangkan tim PKM Wansaplas UGM. Program ini merangkul para waria yang jarang mendapat perhatian.
“Terima kasih kepada tim Wansaplas UGM yang sudah dengan sabar dan tekun membimbing teman-teman waria,” kata Sinta. (nik/asa)