YOGYAKARTA – Ini kisah inspiratif tentang perjuangan Kelompok Tani Ngudi Mulyo yang mengubah tempat pembuangan sampah menjadi lahan pertanian dan perikanan.
Kerja keras petani perkotaan ini membuahkan hasil yang luar biasa. Mereka menyabet juara II lomba desa.
Lokasi basecamp Kelompok Tani Ngudi Mulyo (KTNM) berada di kampung Pugeran RT 02 RW 01 Kelurahan Suryodiningratan, Kemantren Mantrijeron.
Lahan pertanian sekitar 800 meter per segi. Sedangkan area yang digarap untuk perikanan seluas kurang lebih 500 meter per segi.
KTNM memiliki komoditas pertanian unggulan. Antara lain cabai, pisang, dan pepaya. Juga ada kegiatan pembuatan pupuk organik dengan maggot black soldier fly.
BACA JUGA:Mau Bangun Daerah? Masyarakat, Dewan dan Eksekutif Harus Kompak I oleh: Azam Sauki Adham
Kelompok Tani Ngudi Mulyo juga mengembangkan cadangan pangan lokal. Antara lain jagung, ubi jalar, ubi ungu, kentang, kleci, tanaman sukun, singkong, dan talas.
Sedangkan sektor perikanan yang digarap meliputi komoditas ikan lele, patin dan nila. Produksi perikanan menggunakan kombinasi pakan non-pelet.
“Kami memanfaatkan maggot black soldier fly untuk menurunkan biaya produksi perikanan,” kata Ketua KTNM, Fathoni.
Umurnya baru setahun. Namun, KTNM telah melakukan aksi kongret mendukung program lumbung pangan.
Antara lain, pembuatan greenhouse untuk pembibitan tanaman. Pengembangan kolam tanah untuk pemberdayaan ikan nila dan lele.
Pembuatan pendopo kelompok pertanian. Membuat toren air, jet pump dan gardening tools. Bahkan, mengikuti perkembangan jaman, Kelompok Tani Ngudi Mulyo juga menyediakan rumah selfie.
BACA JUGA: Ini Tips Kembangkan Daya Pikir Anak di Masa Golden Age
Kesuksesan warga Pugeran menjadi petani perkotaan tidak terlepas dari dukungan Anggota DPRD DIY, RM Sinarbiyat Nujanat SE.
Politisi Partai Gerindra ini menemani warga ketika menyulap tempat sampah jadi lahan produktif. Sinarbiyat yang juga warga Pugeran ini juga mengawal pembentukan Kelompok Tani Ngudi Mulyo.
“Kami berterimakasih kepada Pak Sinar yang intens mendorong warga intens menggarap lumbung pangan,” kata Fathoni didampingi Bondan, salah seorang anggota kelompok tani.
Sinarbiyat pun berharap Lumbung Mataraman bisa sebagai tempat edukasi dan ekowisata pelajar PAUD, TK, SD hingga SMA.
“Saya kira Lumbung Mataraman bisa menjadi tempat praktik bagi siswa untuk belajar menanam, membuat pupuk organik, atau cara budidaya lele dalam drum,” kata Sinarbiyat.
Ke depan, Lumbung Mataraman juga harus dikonsep menjadi pusat kuliner bagi wisatawan domestik. (aza/asa)