YOGYAKARTA, ZonaJogja.Com – Metode pendidikan revolusi mental tidak efektif hanya dengan metode klasikal, seperti ceramah, diskusi, atau seminar.
Membentuk sikap mental yang ideal perlu pengajaran praktik menggunakan pengalaman langsung yang bisa menggerakkan mental.
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mataram, Dr Jumadi SE MM menyatakan, pendidikan praksis menjadikan peserta didik sebagai subyek dalam kegiatan nyata.
“Tujuan kegiatan nyata untuk menyentuh dan menggerakkan hati peserta,” kata Jumadi kepada ZonaJogja.Com, hari ini (27/6/2022).
Mencapai tujuan revolusi mental diperlukan tahapan. Mulai membentuk kesadaran membangun konsep diri, menanamkan kesadaran bekerjasama, dan meningkatkan kemampuan kepemimpinan.
Kemampuan memimpin meliputi kecakapan berkomunikasi, memecahkan masalah, dan membangun kepemimpinan sosial dengan target menciptakan social skills, entrepreneurship, networking.
BACA JUGA:
- Anak Mulai Diberlakukan Jam Malam, Ini Penjelasannya
- Pemenang Sayembara Jogja Planning Gallery Bakal Diseleksi Gubernur
- Ini Modus Penipuan yang Bisa Membuat Uang Melayang
“Pendidikan revolusi mental itu ada levelnya,” kata Jumadi yang juga ketua Ikatan Dosen Republik Indonesia DIY.
Dimulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikan taman kanak-kanak, sekolah dasar, pendidikan menengah pertama, pendidikan menenga, serta pendidikan tinggi.
“Dengan demikian, dalam mencapai Generasi Emas Indonesia 2045 tidak dapat dilakukan secara instan,” ujarnya.
Melalui pendidikan mental yang berjenjang dan berkelanjutan, sistematis, disertai materi praktis, peserta didik dapat memiliki mental dan karakter yang kuat.
(nik/asa)