YOGYAKARTA, ZonaJogja.Com – Kompleks Gedung Agung, Istana Kepresidenan di Yogyakarta sedang dikaji menjadi ruang publik.
Salah satu lokasi yang akan dibuka menjadi tempat umum adalah gedung paling selatan di kompleks Gedung Agung.
Gedung ini berada persis di utara Jalan KHA Dahlan. Sekarang difungsikan sebagai musem.
Dulu, gedung berukuran besar ini bernama Senisono.
Pada tahun 1952, Gedung Senisono pernah menjadi bioskop. Kemudian diikuti munculnya bioskop Indra dan Permata yang lokasinya tak jauh dari kawasan titik nol.
Pada perjalannya, Senisono kemudian menjadi tempat berkumpulnya para seniman setelah tidak lagi berfungsi sebagai bioskop.
Pada tahun 1960an, Senisono mulai digunakan sebagai tempat ekspresi para seniman. Mulai kegiatan teater, film, musik dan bentuk seni yang lain.
BACA JUGA: Gedung Agung jadi Ajang Fashion Show, Dua Pemodelnya Penyandang Tunagrahita
Namun, masa keemasan Senisono berakhir. Pada tahun 1995, Senisono menjadi satu kompleks dengan Istana Kepresidenan Gedung Agung.
Kini, ada gagasan membuka kembali Senisono sebagai ruang publik.
“Ini baru wacana. Sedang kami kaji secara keseluruhan. Bagaimana hasil akhirnya nanti, kami menunggu arahan dari pusat,” terang Kepala Istana Kepresidenan Yogyakarta, Deni Mulyana kepada wartawan di sela-sela acara Lomba Fotografi Pesona Ecoprint se-DIY (27/8/2022).
Bila setujui, Senisono akan menjadi ajang kreasi seni dan budaya. Kegiatannya tak jauh berbeda dengan dinamika berkesenian pada tahun 1960 – 1990an.
Hanya, karena keberadaan gedung satu kompleks dengan Istana Kepresidenan, harus memenuhi standar sekuriti.
Misalnya diberi pembatas dan sistem pengamanan maksimal. Nantinya, para pengunjung Senisono tidak bisa masuk area Gedung Agung.
Masyarakat hanya bisa masuk area Senisono.
BACA JUGA: Mahasiswa UGM Bikin Genteng Surya, Dilengkapi Sensor, Bagaimana Cara Kerjanya?
“Gambarannya seperti itu. Soal teknis dan ketentuan penggunaan gedung Senisono, itu nanti. Kami tetap menunggu arahan dari pusat, apakah Senisono bisa digunakan sebagai tempat umum atau tidak,” ujar Deni yang sudah bekerja di protokol kepresidenan selama 25 tahun.
Ajang lomba fotografi dan gela karya anggota Asosiasi Eco-printer Indonesia (AEPI) DIY tanggal 27 Agustus lalu merupakan upaya menjadikan Istana Gedung Agung sebagai ruang publik.
Lantas, apa tanggapan masyarakat terhadap wacana yang digulirkan Dedi Mulyana?
Komentar Ninik, misalnya. Penyuka kegiatan seni ini menyambut positif gagasan Deni yang akan membuka Senisono sebagai ruang publik.
“Saya setuju. Hanya memang perlu sistem ekstra pengamanan mengingat berdekatan dengan istana presiden,” katanya. (*)