ZonaJogja.Com – Ternyata, penyakit tidak menular (PTM) di DIY lebih tinggi dari prevalensi nasional.
Kanker, misalnya. Angka prevalensi sebesar 4,9. Kanker serviks paling banyak menyerang wanita Indonesia setelah kanker payudara.
Kanker serviks disebabkan human papillomavirus (HPV). Tapi, banyak perempuan yang belum memiliki kesadaran melakukan deteksi dini.
Sehingga 70 persen kanker serviks baru diketahui setelah stadium lanjut.
Seperti diketahui, infeksi awal HPV tidak menimbulkan pendarahan di luar menstruasi dan setelah berhubungan seksual, keputihan abnormal dan gejala kanker lain.
BERITA LAIN: Pemkot Yogyakarta Mulai Operasikan Sepeda Motor Listrik
Kepala Dinas Kesehatan DIY, drg Pembajun Setyaningastutie MKes mengungkapkan, pasien kanker serviks tidak terdeteksi secara fisik.
Informasi tersebut disampaikan Pembajun pada “Launching Deteksi Dini Kanker Serviks Melalui Pemeriksaan Urine dengan Metode PCR HPV-DNA” di Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi Dinkes DIY, 7 September lalu.
Acara ini dihadiri Wakil Ketua Tim Penggerak PKK DIY, GKBRAA Adipati Paku Alam X.
“Sementara capaian skrining kanker serviks melalui IVA test dan PAP Smear berdasarkan data tahun 2022 menunjukkan nilai 3 persen dari seluruh wanita usia subur,” kata Pembajun
Capaian rendah dipengaruhi sejumlah faktor. Antara lain perempuan merasa malu dan tidak nyaman dengan pemeriksaan organ kewanitaan bagian dalam.
BERITA LAIN: Kotak Infaq Masjid Poesaka Digasak, Warga Geleng-Geleng Kepala
Solusinya, ada alat baru untuk deteksi dini kanker serviks. Yakni, PCR HPV DNA.
Adalah PT Biofarma yang memproduksi “cervical scan”. Alat ini bisa melihat DNA HPV melalui sampel urine.
Pengambilan sampel dilakukan secara mudah dan nyaman.
“Saya senang sekali dengan metode menggunakan urine. Deteksi tanpa buka-bukaan,” ujar Wakil Ketua Tim Penggerak PKK DIY, GKBRAA Adipati Paku Alam X. (*)