APAKAH makanan pendamping ASI (MPASI) fortifikasi aman bagi bayi?
Pertanyaan ini muncul karena MPASI fortifikasi termasuk makanan pabrikan. Bahkan, ada persepsi makanan pabrikan tidak baik untuk bayi.
Betulkah? Penting diketahui bahwa MPASI fortifikasi dikontrol sangat ketat oleh BPOM.
Mulai dari bahan baku, proses produksi, kandungan zat gizi, serta keamanan. BPOM menerapkan standar yang sangat ketat mengingat pentingnya keamanan makanan bayi dan nilai gizinya.
BPOM tidak mengizinkan MPASI fortifikasi mengandung pengawet, pewarna serta tidak boleh memiliki kandungan gula dan garam yang tinggi.
MPASI fortifikasi yang telah diizinkan beredar di Indonesia oleh BPOM berarti juga telah lolos tahap pengontrolan kualitas sesuai kriteria Codex Alimentarius, lembaga independen yang membuat standar makanan berbasis sains yang ditetapkan secara kolektif oleh berbagai negara untuk melindungi kesehatan konsumen yang dibentuk FAO/WHO.
BERITA LAIN: Jadi Underbow Partai Gerindra, Papera Siap Sejahterakan Pedagang dan UMKM
Pertanyaannya sekarang, bagaimana MPASI fortifikasi bisa mendukung tumbuh kembang anak pada 1000 hari pertama kehidupan?
Dari sudut pandang saya sebagai dokter spesialis anak, saya memahami berbagai pertimbangan dan perbedaan pandangan memilih nutrisi MPASI.
Ada sebagian yang berpendapat MPASI yang baik adalah yang diolah sendiri, dan di sisi lain anti terhadap MPASI fortifikasi. Lebih nyaman menggunakan MPASI pinggir jalan (yang kita tidak pernah tahu proses pembuatannya) daripada menggunakan MPASI fortifikasi.
Peran gizi dalam 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) adalah fase terpenting membentuk dan membangun kualitas gizi anak. Kualitas pada 1000 HPK sangat menentukan keberlangsungan kehidupan anak di masa depan.
Misalnya seluruh organ penting dan sistem tubuh mulai terbentuk dengan pesat. Perkembangan yang dimulai adalah kesehatan saluran cerna, perkembangan organ metabolik, perkembangan kognitif, pertumbuhan fisik, dan kematangan sistem imun.
BERITA LAIN: Telkomsel Buka Layanan Inklusif Ramah Disabilitas bagi Teman Tuli
Bahkan perkembangan otak manusia 80 persen terjadi pada masa 1000 HPK, dan sisanya 20 persen terjadi hingga dewasa. Karena itu selain memperhatikan nutrisi seimbang saat hamil, kemudian memastikan asupan gizi melalui ASI selama 6 bulan, ibu harus memperhatikan asupan nutrisi pada fase MPASI saat usia anak di atas 6 bulan.
Pada usia tersebut, anak sudah semakin membutuhkan nutrisi yang kompleks dan tidak cukup hanya diberikan melalui ASI. Anak sudah sangat perlu diberikan dukungan asupan lain melalui MPASI.
MPASI yang mendukung tumbuh kembang optimal adalah yang diberikan tepat waktu, cukup kalori, protein, lemak, vitamin, mineral, higienis dan responsif diberikan setelah bayi berusia 6 bulan.
Sebagai gambaran, bayi berusia 6 bulan ke atas membutuhkan asupan zat besi sebanyak 11 mg/hari. ASI hanya menyediakan sekitar 3 persen dari 11 mg zat besi.
Sehingga sisanya perlu diperoleh dari MPASI. Makanan kaya zat besi seperti daging sapi, hati sapi atau ayam, dan ikan harus dikonsumsi dalam jumlah sekitar 400g untuk memenuhi kebutuhan zat besi harian. Tentunya tidak mungkin dengan kapasitas lambung bayi yang terbatas.
BERITA LAIN: Warga Berdesakan Lihat Gamelan Ditabuh Abdi Dalem
Disinilah MPASI fortifikasi sangat bisa digunakan sebagai alternatif nutrisi pendukung tumbuh kembang oleh karena kelebihannya. Yakni sudah ditambahkan vitamin dan mineral sesuai kebutuhan harian.
Para ibu juga sebaiknya bijak dalam menyikapi nutrisi MPASI. Jika bisa memastikan kualitas nutrisi seimbang sesuai kebutuhan anak (silahkan dibuat makanan olahan di rumah).
Tetapi tidak juga harus dipaksakan atau idealis untuk anti terhadap nutrisi fortifikasi, padahal saat yang sama nutrisi anak justru tidak tercukupi karena makanan olahan tidak berkualitas.
Mari fokus pada kebutuhan nutrisi seimbang anak, terlepas apakah berasal dari nutrisi olahan sendiri atau dibantu oleh nutrisi fortifikasi. (*)
Penulis adalah seorang profesional medis yang mencapai gelar Dokter Umum dan Dokter Spesialis Anak, serta memiliki gelar Master of Health (MKes). Juga aktif dalam penelitian medis, terutama kaitan dengan kesehatan anak-anak.