SLEMAN, ZonaJogja.Com – Kerusuhan di Babarsari, Caturtunggal, Sleman menarik perhatian Sosiolog Ekonomi Perkotaan UGM, Derajad Sulistyo Widhyharto SSos MSi.
Derajat menyebut bentrokan terakhir bukan persoalan keamanan. Tetapi menjadi persoalan keamanan karena rentetan peristiwa yang memunculkan perusakan.
“Artinya, multi culture society sudah cukup kuat. Cuma problemnya di ekonomi tidak inklusif,” kata Derajat dilansir ugm.ac.id (5/7/2022),
Derajad mengatakan ekonomi Yogyakarta yang belum inklusif menjadikan pertumbuhan kota sedikit bermasalah.
Pertumbuhan kota tidak berpijak pada kultur masyarakat. Justru ekonomi di Yogyakarta sepertinya merespons perkembangan kota besar.
Padahal kehidupan ekonomi di kota-kota besar cenderung eksklusif.
Ia berpendapat pengelolaan ekonomi di Yogyakarta seharusnya inklusi. Pengelolaan harus disepakati secara bersama.
BACA JUGA:
- PegiLagi Hadir di Yogyakarta, Siap Melayani Sepenuh Hati
- Disediakan 36 Ribu Lowongan Magang bagi Mahasiswa
- Dibuka Layanan KB Gratis, Terima Pasang Baru, Bongkar dan Ganti Cara
Derajad menandaskan bisnis yang dikelola tidak mengikuti perkembangan masyarakat atau kesepakatan yang berlaku di masyarakat.
“Sebagai kota pelajar, mestinya tidak harus seperti kota-kota besar,” ujarnya.
Yogyakarta sebenarnya butuh ketenangan dan fasilitas mahasiswa yang diperbanyak.
Bukan fasilitas yang mengundang konflik. Regulasinya tidak harus seperti kota-kota besar.
Wilayah Yogyakarta itu istimewa. Tetapi regulasinya tidak istimewa. Regulasinya seperti perkembangan kota Jakarta, Surabaya dan lain-lain.
“Yogyakarta tidak tumbuh istimewa seperti masyarakatnya, seperti kratonnya. Tapi, tumbuh seperti kota metropolis,” katanya.
Idealnya, regulasi harus diadaptasikan dengan konsep Keistimewaan Yogyakarta.
(aza/asa)