YOGYAKARTA, ZonaJogja.Com – Kotagede dengan keindahan cagar budaya dan kotanya pernah dinobatkan sebagai terindah di Asia oleh Cable News Network (CNN) Internasional.
Kotagede disejajarkan dengan Hoi An (Vietnam), Yufuin (Jepang), George Town (Malaysia), City of Vigan (Filipina), Luang Prabang (Laos), Kampot (Kamboja), Galle (Sri Lanka), Zhouzhuang (China), Mawlynnong, (India), Ghandruk (Nepal), Sai Kung (Hong Kong), dan Phuket Town (Thailand).
“Dinamika sosial, ekonomi, budaya kontemporer di Kotagede dan kota-kota lain di Yogyakarta mendorong perubahan tertentu dari segi fungsi bangunan maupun perubahan penggunaan cagar budaya,” kata Budayawan Drs Achmad Charris Zubair MA pada dialog podcast Kutunggu di Pojok Ngasem UWM, 5 Agsustus lalu.
Acara ini dipandu Wakil Rektor UWM, Puji Qomariyah SSos. Kata Zubair, perubahan apapun di kota bersejarah semestinya memperkuat latar belakang sosio-kultural, ekonomi cagar budaya dan masyarakatnya.
BACA JUGA:
- Kuat Dilakoni, Ora Kuat Tinggal Nyanyi
- Sikapi Polemik Jilbab, PWM DIY: Setiap Guru Berniat Baik dan Mulia
- Inilah Empat Hormon yang Bisa Membuat Bahagia, Bagaimana Cara Mendapatkan?
Cagar budaya terawat secara prinsip. Tetapi juga bisa mensejahterakan masyarakat.
“Apa istimewanya Kotagede?” tanya Puji.
Zubair mengungkapkan, Kotagede memiliki sejarah panjang yang dapat digunakan untuk pembelajaran. Kotagede juga memiliki kekhasan yang tidak dimiliki daerah lain.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 186 Tahun 2011, Kotagede merupakan satu dari enam kawasan cagar budaya selain Keraton, Malioboro, Pakualaman, Kotabaru, dan Imogiri.
Di Kotagede terdapat beberapa keunikan. Tata ruang kota sangat unik karena merupakan bekas ibu kota kerajaan Mataram.
Kota ini memiliki keunikan arsitektur bangunan kuno. Terdapat gaya arsitektur mulai Hindu, Jawa, Jawa-Islam, sampai gaya Indische-Eropa.
Kotagede juga memiliki potensi keunikan makanan dan kerajinan yang merupakan kemahiran masyarakat setempat.
“Apakah seluruh kawasan cagar budaya Kotagede bisa direvitalisasi total?” tanya Puji lagi.
“Apakah itu memungkinkan? Saya pikir itu tidak mungkin,” jawab Zubair.
(aza)