SLEMAN – Epidemiolog UGM, Bayu Satria Wiratama menyatakan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat belum memberikan dampak penurunan jumlah kasus positif COVID-19.
“Belum terlihat penurunannya. Kalaupun turun diikuti jumlah tes yang turun juga,” kata Bayu Satria dikutip ugm.ac.id, hari ini (23/7/2021).
Bayu membenarkan sempat terjadi penurunan. Namun, angka tersebut dipengaruhi faktor jumlah sampel tes menurun yang sudah diakui pemerintah. Sementara persentase jumlah kasus positif cenderung stabil.
“Kalau jumlah yang dites turun otomatis jumlah kasus turun juga. Bisa dilihat dari positivity rate yang cenderung stabil,” terangnya.
BACA JUGA: Innalillahi wa Innailaihirojiun, Hari Ini 97 Pasien COVID-19 di DIY Meninggal Dunia
Bayu mengungkapkan, tingginya kasus positif COVID-19 dalam dua bulan terakhir tidak berhubungan dengan efek gencarnya program vaksinasi. Tetapi, karena faktor masyarakat abai protokol kesehatan.
Vaksin aman. Tidak akan mengakibatkan sakit COVID-19.
“Yang mungkin terjadi adalah pelaksanaan tidak terkendali. Menyebabkan 5M tidak bisa dijaga,” kata Bayu memberi alasan.
Peningkatan jumlah kasus positif kemungkinan terjadi sejak lama. Namun tidak terpantau karena jumlah testing yang masih minim.
Sehingga data yang ada tidak mencerminkan yang sebenarnya. Mungkin sekali di Juni sudah tinggi kasusnya, namun banyak yang masih undetected.
Bahkan, sejak Mei diduga banyak kasus yang tidak terdeteksi sudah ada di masyarakat. Itulah sebabnya, naik sangat tinggi pada Juli.
Bayu menyarankan pemerintah gencar melakukan program vaksinasi agar herd immunity segera tercapai. Jika laju vaksinasi harian masih rendah, target herd immunity pada September di Jawa Bali akan sulit terealiasi.
BACA JUGA: Turun Kampung, Identifikasi Keluarga yang Sembunyikan Anak Disabilitas
“Laju vaksinasi harian kita masih sangat rendah. Kecuali kita bisa 2 juta sehari,” katanya.
Merespon banyaknya kasus kematian pasien COVID-19 di rumah sakit dan isoman di rumah, pemerintah perlu memperbanyak lagi lokasi dan tempat isolasi mandiri terpusat.
Cara ini bisa memantau pasien yang mengarah gejala yang lebih berat. (aza/asa)