YOGYAKARTA – Puluhan peti mati sejak seminggu lalu menumpuk di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY di Jalan Kenari, Umbulharjo.
Puluhan peti warna putih ini sebagian ditempatkan dalam tenda warna orange. Tenda ini berada di pinggir jalan di kompleks BPBD DIY.
Sebagian disimpan di tempat parkir kendaraan. Persisnya berada di utara lokasi tes swab. Semua peti mati juga berwarna putih.
Di wilayah dekotaminasi juga ada tumpukan peti bagi jenazah. Hanya, bentuk peti di tiga lokasi ini tidak sama.
Ada yang berupa kotak persegi panjang. Ada pula peti yang bentuknya seperti yang dijual di toko peti.
BACA JUGA: Inilah Lukisan Sidik W Martowidjojo yang Bisa Menentramkan Batin
Lantas, untuk siapa tumpukan peti mati itu? Ternyata, peruntukannya berbeda-beda.
Peti mati yang berada dalam tenda orange dan tempat parkir, dialokasikan bagi Pemkot Yogyakarta, Sleman, Bantul, Gunungkidul dan Kulon Progo.
Pasien COVID-19 yang nyawanya gagal diselamatkan dan meninggal dunia, bisa menggunakan peti mati yang dikelola BPBD DIY.
Sementara peti mati yang disimpan di kawasan dekontaminasi merupakan donasi pihak swasta. Jumlahnya mencapai 105 peti.
“Tapi, siapa yang bisa menggunakan peti ini sudah ada daftarnya,” terang Nova, petugas dari Posko Dukungan Satgas Penanganan COVID-19 DIY.
BACA JUGA: Pemkot Yogyakarta Konsentrasi Turunkan Mobilitas di Permukiman
Kebanyakan peti mati yang disimpan di Posko Dukungan Satgas Penanganan COVID-19 DIY diambil rumah sakit pendamping.
Nova mengatakan tidak ada masalah mengenai siapa saja yang memanfaatkan peti mati.
“Yang penting, tidak ada kesulitan lagi mencari peti mati. Yang lebih penting lagi, jenazah dapat segera dimakamkan,” katanya.
Kini, 105 peti mati yang disimpan di kawasan karantina tinggal beberapa unit. Rencananya, akan datang lagi bantuan tahap kedua sebanyak 75 unit.
Hanya, Nova belum bisa memastikan kedatangan peti mati. (aza/asa)