Bisnis

Rektor UWM Sebut Dompet Petani Makin Gemuk, Ini Penyebabnya

233
×

Rektor UWM Sebut Dompet Petani Makin Gemuk, Ini Penyebabnya

Sebarkan artikel ini

YOGYAKARTA, ZonaJogja.Com – Rektor Universitas Widya Mataram (UWM), Prof Dr Edy Suandi Hamid MEc menyatakan ekonomisasi kaum petani meningkat selama pandemic C19.

Wabah virus corona membawa  kehidupan para petani menjadi lebih sejahtera. Para petani mendapat “keuntungan tak terduga” dengan kenaikan nilai tukar petani (NTP) yang yang dipicu kenaikan harga sejumlah komoditas produk pertanian selama dua tahun terakhir.

Advertisiment
Scroll ke bawah untuk berita selengkapnya

“Dompet para petani semakin “gendut”, kata Edy Suandi Hamid padw webinar Refleksi 2 Tahun Pandemi dalam Perspektif Ketahanan Pangan dan Kebugaran Jasmani, hari ini (29/3/2022).

Acara ini merupakan kolaborasi UWM dan Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta. Selain Edy Suandi Hamid, menghadirkan pembicara Wakil Rektor III UWM Puji Qomariyah SSos MSi, dan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UTP, Dr Joko Sulistyono MPd.

Kata Edy, nilai tukar petani tahun 2019 pada angka 100,9. Memasuki awal pandemi pada Maret – Desember 2020, angka NTP naik  menjadi 103,25.

Ketika pandemi memasuki puncaknya pada kuartal awal sampai akhir 2021, NTP petani kembali naik  menjadi  104,64.

“Ekonomi petani makin membaik pada masa pandemi,” kata Edy.

Selama pandemi, terjadi kenaikan harga sejumlah komoditi seperti cabai, telur, dan sayur.

Tingkat kesejahteraan petani didukung pertumbuhan positif sektor pertanian. Pada kuartal  empat akhir 2020, angka pertumbuhan sektor pertanian mencapai 2,63 persen.

Pada awal kuartal pertama 2021 tumbuh positif 3,44 persen. Sedangkan industri pengolahan  mengalami pertumbuhan negatif pada angka minus 0,71 persen.

Sementara Puji Qomariyah mengungkapkan konsumsi pangan akan cenderung meningkat di seluruh dunia. Proyeksi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebutkan populasi penduduk dunia  tahun 2050 mencapai lebih dari 9 miliar jiwa.

Saat itu, dunia memerlukan tambahan pangan sebesar 70 persen dibandingkan tahun 2022. Ketika pertambahan penduduk dan ketersediaan tidak seimbang, problem pangan muncul dari segi akses masyarakat terhadap bahan pangan.

“Saat demikian terjadi rawan pangan,” katanya.

Puji mengusulkan kondisi tersebut perlu diantisipasi pemerintah Indonesia. Pemerintah harus terus berupaya menyediakan makanan pokok.

(mkb/asa)