Tutup
Kronika

Warga Karangturi Tolak Pembangunan SPBU, Ini Alasannya

131
×

Warga Karangturi Tolak Pembangunan SPBU, Ini Alasannya

Sebarkan artikel ini
TOLAK SPBU: Warga memasang spanduk berisikan penolakan. (istimewa)

BANTUL, ZonaJogja.Com – Warga Karangturi, Kalurahan Baturetno, Bantul menolak rencana pembangunan SPBU.

Tak hanya warga Karangturi yang menolak. Penduduk sekitar lokasi akan dibangunnya SPBU, juga melakukan penolakan.

Advertisiment
Scroll ke bawah untuk berita selengkapnya

Mereka menyampaikan penolakan dengan membuat pernyataan yang ditandatangani sembilan orang.

Yakni, Setiya, Sukirno, Fauzi, Burhan, Triyanto, M Taufiq, Nurjani, M Rosyidin dan Dedi.

Lantas, mengapa warga menolak?  Banyak alasan.

Pertama, lokasi tersebut berada di area pemukiman penduduk. Warga menganggap keberadaan SPBU memberi risiko besar.

Yakni, polusi udara yang ditimbulkan akibat penguapan BBM. Polusi air akibat tumpahan BBM.

Belum lagi bila terjadi kebocoran. Termasuk juga risiko terjadinya kebakaran. Penduduk mengatakan, SPBU lazimnya berada di luar pemukiman.

Kedua, lokasi SPBU berada di ruas sempit. Padahal arus sangat padat pada jam sibuk. Sangat dekat dengan perempatan ringroad.

Tanpa kehadiran SPBU, antrian kendaraan sering menganggu arus di perempatan ringroad


BACA JUGA:


Belum selesai kendaraan dari arah barat, disusul lampu hijau dari arah utara. Potensi kemacetan semakin besar bila ada SPBU di sisi jalan Pleret.

Pada pagi hari, terjadi antrian panjang di lampu merah Karangturi. Kadang hingga depan kantor kecamatan.

Kondisi ini semakin parah dengan penambahan aktivitas keluar masuk kendaran bila ada SPBU.

Ketiga, setiap tahun terjadi banjir di kawasan Karangturi. Setidaknya enam rumah  terdampak langsung.

Jumlah ini dimungkinkan bertambah bila ada pengurugan lahan secara besar-besaran dengan tinggi di atas elevasi jalan raya.

Keempat, lokasi yang merupakan tanah kas desa sebenarnya bisa lebih memberi manfaat bila dikelola untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Bukan diberikan kepada segelintir orang.

“Alasan-alasan tersebut telah disampaikan saat pertemuan sosialisasi dua tahun lalu. Namun keberatan yang disampaikan warga tersebut tidak diperhatikan. Karena tiba-tiba sudah ada rencana pengerjaan dari calon pengembang,” beber Setiya, warga Ngipik.

(aza/asa)