Kronika

Sebelum Ada Mataram Panembahan Senopati, Bendho Sudah Ada Peradaban

×

Sebelum Ada Mataram Panembahan Senopati, Bendho Sudah Ada Peradaban

Sebarkan artikel ini
MENGULIK BENDHO: Pada sarasehan memperingati 4 tahun perjalanan Destinasi Wisata Bendho di Kedai Nyawiji, Sabtu (1/11/2025) malam, sejarah Bendho dikupas. Sarasehan dipandu Ketua Umum Keluarga Alumni Sejarah Universitas Gadjah Mada (Kasagama), Wahjudi Djaja. (istimewa)

Bantul, ZonaJogja.Com – Padukukan Bendho tak hanya dikenal memiliki destinasi wisata.

Padukuhan yang terletak di Trimurti, Srandakan Bantul ini juga menyimpan  masa lalu yang selalu menarik jadi topik diskusi sejarah.

Pada sarasehan memperingati 4 tahun perjalanan Destinasi Wisata Bendho  di Kedai Nyawiji, Sabtu (1/11/2025) malam, sejarah Bendho dikupas.

Sarasehan dipandu Ketua Umum Keluarga Alumni Sejarah Universitas Gadjah Mada (Kasagama), Wahjudi Djaja.

Dalam pengantarnya, Wahjudi Djaja menyampaikan tiga pilar historiografi. Yakni,  tokoh, sumber dan peristiwa.

“Dari narasi sejarah Bendho, kita bisa melacak dan mengkonfirmasi kebenarannya,” kata Wahjudi.

BERITA LAIN: Ingin Hidup Aman dari Sindrom Kardiorenal? Sayangi Jantung dan Ginjal Anda

Adalah pemerhati pendidikan dan sejarah, Nurudin SPd yang mengungkapkan masa lalu sekitar SD Mangiran sebagai pusat kademangan.

Sebelum ada Mataram Panembahan Senopati, Bendho sudah ada peradaban.

Kademangan Mangiran berkembang menjadi Kadipaten Mangir di Sendangsari Pajangan.

“Periode itu ada Mpu Karawelang, pembuat tombak dan pusaka. . Ada juga Ki Srondok dan Nyi Bendho yang dimakamkan dekat masjid Bendho. Dari keduanya muncul Demang Sorondoko (anak Ki Srondok) yang menjadi cikal bakal Srandakan,” beber Nurudin.

Pegiat sejarah dari Lendah, Inok Widya melengkapi sejarah masa lalu Bendho. Kata Inok, ada tiga kelompok sejarah di Bendho.

Yakni, era Mangir (1400-1600), Perang Jawa (1825-1830), dan periode agresi (1947-1949).

BERITA LAIN: UAD Lepas 5.585 Lulusan PPG, Terbanyak dari Jawa Barat

“Dalam Babad Diponegoro pupuh 23, disebut keberadaan Mangir di bawah Raden Tumenggung  Joyonegoro dan Kerto Pengalasan,” terang Inok.

Terungkap, Pangeran Diponegoro pernah mesanggrah di rumah tua Bendho. Juga membawa prajurit yang ditandai jatilan Bulkiyo.

Jejak lain adalah petilasan kademangan, vegetasi beringin, randu alas, kemuning tua dan sawo serta bendhe.

Sementara Tukirno Brontho Sutejo menguraikan filosofi keris yang dekat dengan siklus dan kehidupan manusia.

Selain sebagai tanda peradaban, keris  menyimpan ilmu dan pesan yang menarik untuk dibuka dan dipelajari.

“Kita menjadi paham asal-usul, hubungan kekerabatan dan karakter leluhur. Ini penting untuk menangkal anggapan mempelajari keris dekat dengan kemusyrikan,” tandasnya.

BERITA LAIN: Universitas Ahmad Dahlan Wisuda 2.052 Mahasiswa, 1.125 Raih Predikat Cumlaude

Sebelumnya, Dukuh Bendho, Partono menyatakan Bendho memiliki khazanah sejarah yang perlu diangkat kembali.

Jejak sejarah Bendho berupa keris dan narasi sejarah yang hidup di masyarakat.

“Yang kita sajikan ini baru sebagian kecil pusaka Bendho, masih banyak pusaka yang disimpan warga”, tutur pria yang akrab disapa Mbah Bendho.

Sementara Lurah Trimurti, Agus Purwaka ST menyatakan Desa Wisata Budaya Bendho perlu bersinergi dan berkolaborasi dengan semua elemen.

“Sarasehan ini merupakan cara mengangkat dan memperkenalkan kekayaan sejarah dan budaya,” ujarnya.

Acara puncak HUT ke-4 Destinasi Wisata Bendho dimeriahkan terbangan Bendho, tarian Tumuruning Wahyu Keprabon, dan performans Ritus Surya Saketi dari Yayasan Taman Sesaji Nusantara pimpinan Eko Hand. (*)

250